October 30, 2010

Hero...

by uLLy di 11:36 pm 0 komentar

When you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And you’ll finally see the truth
That a hero lies on you….~ Mariah Carey in Hero

Finally, after this hectic week passed by, I can breath for free.. hahhahaa..
Baru saja beresin meja belajar yang udah kayak kapal terkena badai, lumayan lega rasanya. Baru saja menyelesaikan sesuatu yang menjadi “TO” selama hampir 2 tahun ini. Capek, pastinya. Seminggu ini saya benar-benar kayak mesin, bergerak tanpa henti. Dan sudah seminggu ini pula Indonesia masih berada di kemalangan beruntun yang tampaknya belum berhenti. Sempat pula bersama teman-teman kampus disini bersatu hati menggalang dana, menyisihkan beberapa lembar won untuk mereka yang ditimpa kemalangan di Indonesia. Kami pun percaya, akan ada pelangi setelah hujan. Tanpa itu, bagaimana kami bisa mengucap syukur untuk hari-hari gersang yang baru terlewati? Just keep #prayforindonesia. Sudah lama rasanya kita hanya menyalahkan keadaan, merutuki soal moral dan azab yang seolah-olah ini tulah dari Sang Pencipta. Belajar untuk terus berpengharapan akan hal yang baik, mungkin akan jadi pembelajaran seumur hidup, sekolah yang tak pernah lulus kalau kata mereka.

Begitupula dengan saya. Mimpi saya masih ada, dan yang seharusnya saya lakukan adalah melakukan segala hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Ah, lagi-lagi tentang mimpi, jadi ingat saya sedari kecil sangat suka bermimpi. Mimpi buat saya sudah seperti kegemaran, saya sering menghabiskan hari-hari saya merangkai mimpi, entah itu tentang cita-cita atau masa muda. Saya pun sanggup mengkhayal masalah yang paling jauh sekalipun. Menjadi orang sukses dan bersekolah ke luar negeri. And finally, when dare a dream is not enough, you have to dare to make your dream come true. How??

Ketika impian jadi kenyataan, adalah saat kita bekerjasama dengan diri sendiri, menjadikannya partner terbaik untuk merealisasikannya ke kehidupan nyata. Saya masih yakin bahwa tidak sedikit koq orang-orang yang berpikir tetap optimis, setau saya kita hanya perlu mengubah mind-set diri, mereduksi aura negatif. Hidup yang sementara ini digunakan saja dengan sebaik-baiknya. Bukti penerimaan akan keadaan yang walau sesulit apapun itu akan memberikan kita banyak hikmat. Ah, ini sudah banyak tertulis di buku motivasi-motivasi hidup, atau di dengung2kan oleh sekalian motivator. Kalau saya bilang sih, diri kita ada spirit terbesar, motivator terbaik yang pernah ada. Kita mungkin hanya perlu menyakini apapun itu sebagai pilihan dari sendiri, berasal dari hati yang bersih. Hingga nanti, saat kita merasa bahwa kita seperti berjalan di luar kendali sendiri, kita akan tau langkah untuk memperbaikinya. Bersusah, apalagi berkeluh toh taka akan memberikan solusi yang nyata buat diri sendiri. *saya nulis apaan ini barusan, ah beginilah racauan orang yang sudah terlalu capek, sudah tak lagi sinkron.


Yang baru saya suratkan ini mungkin hanya akan jadi semacam catatan-catatan perjalanan hidup saya. Menuliskannya, membuat saya seperti merefleksikan seberapa besar pemahaman saya tentang hidup. Semoga saya bisa menemukan lampu sorot saya terkemudian, kemana hati dan pikiran saya ingin berpijak. Sementara saya akan terus bergerak menyelesaikan apa yang terhidang di depan saya. And the hero lies in me..!!!!,

*currently listening to In The Arms Of an Angel - Sarah McLaughlin

October 20, 2010

smile....

by uLLy di 10:57 pm 0 komentar


Mau dirunut bagian mana yang bikin aku juga pernah satu waktu menitipkan hati ini padamu, tanpa sepengetahuanmu. Aku beritahu saja, biar kamu jangan tanya-tanya lagi!! aku suka senyum-mu. Tau bahwa ketika kau tersenyum, maka zat endorphine dilepaskan keseluruh tubuhmu sehingga meningkatkan suasana hati dan memberi semangat. Dan entah kenapa suasana hati dan semangat tadi mengaliri diriku, sesaat setelah tersihir oleh senyummu. Jangan pernah bilang, wanita diseberang jalan sana, yang sedang sibuk dengan henpon pintarnya, punya senyum yang menawan. Kamu jauh dari itu.

Karena itu, hey kamu, pria yang senyata-nya sudah ber-pemilik, yang mustahil ku minta balik hati yang terdampar di dirimu itu. Kulupakan saja tentang dia yang lebih dulu mengenalmu. Ku balikkan saja batal kala mimpi mempertemukan kita di tempat rahasia itu. Dan dengan segala kerahasiaannya itu mungkin menjadikannya tersamar. Makin samar. Dan kamu pun tak akan pernah sepenuhnya hilang. Gerimis yang datang pagi hari merintih, dan datang seperti sapa, maka sekoyonh-konyongnya memintaku untuk mengingat. Dirimu dan senyuman paling indah itu.

October 18, 2010

fall into you...!!!

by uLLy di 10:57 pm 0 komentar

Biarlah kurebahkan gundah pada dinginnya udara
Kutitipkan rindu pada gugurnya daun..
Kusampaikan salam pada desauan angin yang berbadai..
Dan kunisbahkan cinta pada Sang Pemilik Rasa..
~ Yusuf Al Bahi ~


Angin Busan mulai mendingin. Tiupannya mulai membekukan raga, menyusup sampai ke tulang sumsum. Selalunya begini, udara dingin, caramel-cappuccino, dan lagu mellow korea. Paket komplit menikmati hari-hari menjelang sidang thesis. Sakau pada caffeine dan suara kamu, itu yang terkini aku alami. Perpaduan tadi sanggup menstimulasi saraf-saraf otak agar tetap bekerja, dilatih untuk terus mengingat dada bidang kamu, mimik kesal-mu dan wajah merah jambu kala kucium. Kamu lucu, pria paling tidak romantis namun sanggup membuat candu. Stimulasi pada otak kecil tadi berguna agar tidak cepat pikun, bisa mampus aku kalau sampai lupa sama kamu, pria.

Ah adalagi, aku mau bilang, telepon kamu tadi malam dengan suara paling lembut itu, bikin aku sukses mabuk kepayang, melenting. Efeknya, pagi ini aku bangun agak pagi, mandi cepat-cepat dan kerja dengan semangat. Tau kenapa? Aku ingin ini segera usai. Biar aku, kamu dan segudang rencanamu itu bisa segera kita lakukan. Katamu ingin berpetualang ke tempat-tempat impianmu dengan wanita pujaanmu bukan? Dan semoga itu adalah aku.

Angin Busan mendingin, dan mulai menggigili dirimu. Daun-daun berwarna akan segera muncul, terlepas dari dahan, melayang, berputar, menari bak ballerina dengan sepatu warna emasnya. Berguguran satu satu di tanah. Ritmenya kadang teratur, terserah angin mau bergerak macam apa. Ini sama seperti nadi yang berdenyut-denyut lembut, tapi bila mulai mengingatmu lagi, mungkin bisa membuatnya berdetak, kencang.

Hingga nanti ketika musim-musim berganti dan berlalu, kau boleh sebut: cinta, kasih, luka, rindu dan penantian ini, kesemuanya akan bermuara pada harapan menjadi KITA di masa depan.

October 17, 2010

korean greeting manner

by uLLy di 10:39 am 2 komentar

Setelah menyatakan diri sebagai warga nomaden selama kurang lebih 1,5 tahun di korea, saya pun menyadari adanya perubahan yang sedikit bikin saya kurang nyaman. Saya ceritalah dulu kalau kemaren sore saya bertamu ke rumah salah satu PostDoc yang istrinya baru saja melahirkan bayi ganteng. Tradisi mengunjungi bayi yang baru lahir itu adalah sesuatu yang dilakukan sesegera mungkin ketika si bayi lahir, di India juga demikian. Tapi ini ternyata tidak berlaku di Vietnam. Menurut teman saya yang berkewargaan Vietnam itu, bahwa tradisi menengok bayi hanya boleh dilakukan setelah bayi berusia 1 bulan. Bahkan di depan rumah keluarga yang baru saja melahirkan bayi itu pun harus di tempatkan suatu tanaman khusus, yang bilamana ada orang yang melintas akan mengerti bahwa dirumah itu ada bayi, itu artinya mereka tidak boleh bertamu sampai waktu acara syukuran si bayi telah dilaksanakan. Kalau dilanggar? Katanya akan ada hal-hal buruk yang bakal terjadi. Waktu dengar itu saya ketawa geli saja, ada-ada itu tradisi. Saya malah mikirnya, orang-orang jaman dulu itu emang jauh lebih pinter-pinter dari orang-orang jaman sekarang barangkali. Jadi mereka sudah mengerti bahwa bayi yang baru lahir itu rentan sama penyakit, karena system immune tubuhnya yang belum berfungsi sempurna. Jadi kalau terlalu banyak yang berinteraksi dengan orang-orang sekitar, nanti si bayi bisa sakit, menurut akal jenius saya, hahahhaha. Dan intinya teman-teman Vietnam saya itu menolak untuk ikut melongok si bayi.

Nah bagian tentang “perubahan” yang saya bilang tadi adalah ketika saya berkunjung ke rumah sang PostDoc itu, yang ternyata disana sedang berkumpul pulak teman-teman India si PostDoc ini. Saat masuk rumah, saya dengan latah menyebutkan “Anyeonghaseyo” seraya membungkuk. Padahal teman-teman India itu sudah siap dengan mengulurkan tangan kanannya seraya berkata:”Hai, nice to meet you!!!”. Saya sempat kagok menerima uluran tangan dan bersalaman dengan mereka. Jadi ingat teman saya yang ga mau salaman sama sembarangan perempuan, yang katanya bukan muhrim-nya. Well, ternyata gini toh rasanya, sudah lama ga bersalaman sama orang, jadi pas salaman gitu agak sungkan menggenggam tangan.

Mungkin sudah banyak yang tau, kalau di Korea dan Jepang ada tradisi membungkuk ketika bertemu dengan seseorang, dan khususnya untuk seseorang yang di-tuakan, yang status-nya lebih tinggi dari kita misalnya: Prof. For them, you bow by bending your body from up, kalau bisa sampe 90derajat-lah. Tapi untuk teman, rekan cukup menunduk atau lambaikan tanganmu. Sebenarnya adat bersalaman juga ada di masyarakat korea, untuk mereka yang berstatus lebih tinggi dari kita atau yang lebih tua, maka pada saat berjabat tangan letakkan tangan kirimu dibawah tangan kanan ketika sedang bersalaman. Hampir sama dengan masyarakat Indonesia juga. Hanya saja tradisi yang membungkuk itu bikin saya sedikit latah. Kadang pas ketemu sesama teman Indonesia, posisi membungkuk itu dan memerikan salam itu otomatis keluar, hasilnya kami kadang ngakak bareng dan bilang “ngapain sih nunduk-nunduk kayak gitu?”. Atau ada pengalaman yang paling lucu, saat ada kunjungan dari pihak KKP ke kampus, diakhir pamitan dengan beliau-beliau itu, kami mengambil posisi hadap-hadapan dan berulang kali mengucapkan: ”selamat menikmati perjalan kembali ke tanah air, dan seterusnya dan sebagainya”. Tapi beliau-beliau itu malah ga beranjak dari posisi hadap-hadapan tadi, dan kami terus-menerus membungkuk. Sampai akhirnya beliau-beliau itu yang mengulurkan tangan. Kami pun tertawa bareng. Memanglah…… latah sudah!!!

October 15, 2010

serendipity...

by uLLy di 8:42 pm 6 komentar


Kalau saja aku tak diterima di Sekolah Kedinasan, menemukan indahnya kebersamaan di asrama. Kalau saja aku tak lulus dengan predikat terbaik dan langsung memperoleh label “pekerja” (*sedikit jumawa!!!). Kalau saja, keputusan yang berbalik hanya dalam waktu 24jam yang seharusnya mengantarkan aku menginjak Eropa, malah mengarahkan langkah ke Korea. Mungkin aku tak akan pernah punya kekuatan besar untuk mengubah jalan hidupku lebih berguna. Merekam tiap fase hidup lebih bermakna, lebih down-to-earth.

Ini juga refleksi dari carut-marut hubungan percintaan-ku. Kalau saja kita tak pernah berkenalan. Kalau saja saat itu tak ada Promo “ngalong” Ment*ri 00-05am. Kalau saja kau tak berani mengajakku kencan. Mungkin kisah kita tak akan pernah ada. Lalu, kita tertampar oleh kenyataan, terjuntai oleh prinsip dan tersadar oleh hirearki hidup, “yang berbeda tak mungkin bersama”. Ahh, dunia memang selalu punya cara untuk menghalangi cinta kita, walau kita selalu menamainya “tulus, suci , murni tapi bukan buta, ego apalagi acuh”.

Kalau saja aku tak pernah mengunjungi situs itu. Kalo saja aku tak pernah tertarik saat membaca nama pena-nya. Kalau saja cacahan email-nya tak ku kirimkan pesan. Dan kalau saja, kami tak pernah terhubung dengan G-talk maupun YM, mungkin ceritanya akan lain. Mungkin alurnya bisa berubah lagi. Mungkin aku tak pernah tau kalo sastra itu indah saat dinikmati dengan secangkir caramel cappuccino dan tiramisu, walau terkadang permainan diksi membuatku meraba-raba arti tulisan-nya.

Tapi bukankah tak ada yang serba “kebetulan?”. Ah, aku percaya, karena memang tak ada yang serba kebetulan di dunia ini, semua pasti sudah di gariskan oleh Yang Kuasa, pemilik alam dan ciptaannya. Lalu, selajutnya bagaimana??

Tak perlu lelah-lelah memikirkan lanjutannya; dinikmati, disyukuri, dilintasi. Bukankah dunia ini hanyalah perlintasan sesaat menuju kekehidupan yang kekal?. Dan kalo saat ini, aku, kamu, kita, mereka dan kalian saling terhubung oleh suatu dan lain hal, itu semua terjadi karena memang begitulah semestinya.

Dan kalau semua berujung pada perpisahan, itulah fase terminasi-nya. Rangkaian kisah, peristiwa, cerita, papasan itu adalah sequencing-nya.


#ter-inspirasi oleh lirik lagu Have You Ever Needed Someone So Bad-Def Leppard!!!

Lantern 2010...

by uLLy di 5:57 pm 2 komentar

The yudeung (lanterns) that are floated along the Namgang River in Jinju commemorate the anniversary of the Jinjuseong Battles that took place during one of the most violent parts of the Imjinwaeran (Japanese Invasion of Korea starting in 1592). In October of 1592, General Kim Si-min gathered no more than 3,800 soldiers to miraculously defeat over 20,000 Japanese troops invading Jinjuseong. The ‘Jinjudaecheop (Great Victory of Jinju)’ immensely heightened the pride of the Korean nation and has become a much-celebrated part the country’s history, marked annually by the Jinju Namgang Yudeung Festival.


Begitulah kira-kira asal muasal tentang festival lentera ini. Beruntungnya saya bisa ikut serta melihat gemerlap warna-warni cahaya di sepanjang sungai Namgang kali ini. Sabtu kemaren, 9 oktober 2010, kami berangkat ber-enam orang dengan ketua rombongan adalah teman kamar saya, Hilda. Ada kesalahan teknis dimana saya sedikit telat dan setelahnya di jadikan bulan-bulanan di depan anak-anak lain, #sungguh tega sekali mereka.. hikss!!!. Numpang subway sampai Sasang dan langsung menuju terminal dalam kota-nya Busan. Beli tiket tentunya. Kami sudah sepakat untuk PP malam itu dari Jinju dan memanfaatkan waktu hanya sampai pukul 8.30pm di Jinju karena bus terakhir ke Busan adalah 9pm. Tiket sudah ditangan memang, pikir kami langsung menuju bus dan berangkat. Tapi prediksi meleset lagi, karena ternyata kami melihat bahwa kerumunan orang-orang sudah mengantri seperti ular naga panjangnya. Syukurnya, pihak penyedia jasa mengatur para pengantri sehingga ga ada yang nyerobot apalagi nyolot. Dan armada bus tambahan juga di stanby-kan, mungkin sudah memprediksikan bakal ada lonjakan penumpang menuju Jinju di weekend terakhir penyelenggaraan ini. Sekitar 15menit kami sudah duduk manis di bus, melajulah si bus dengan lancar jaya tanpa hambatan. Macet bye-bye-lah, hahahhaha. Jarak tempuh sampai Jinju kira-kira 1,5 jam sepertinya, dan saya habiskan dengan ngobrol ngalor ngidul dan diakhiri dengan ngorok dikit. Maafkan saya, tapi memang saya suka sekali tidur di mobil, pas bangun-bangun udah nyampe. Sampai di Jinju kami disambut hujan deras, barulah macet terasa. Jadi selama hujan deras sampai cuma rintik-rintik doang, kami masih sukses mendem, ga nyampe-nyampe juga ke terminal. Akhirnya kesabaran itu membuahkan hasil, saat kami melintasi jembatan yang dibawahnya sudah terhampar beragam bentuk lentera aneka warna. Buru-buru langsung ke TKP.

Kami cek ulang waktu yang tersedia, yups hanya ada sekitar 2,5 jam untuk muter-muterin sungai Namgang ini. Cukuplah. Mulailah kami menyiapkan senjata kami masing-masing. Mulailah photo-session di mulai. Sayang si rintik-rintik mulai berubah sedikit deras. Jadi diantara rintikan hujan dan jalanan becek tapi ga ada ojek itu, kami terus menikmati keindahan yang ada. Untuk ukuran festival tahunan ini, pemerintah daerah Korea patut diancungi jempol deh. Mereka bener-bener bisa mengemas segala sesuatu yang kalo dipikir-pikir cukup sederhana saja idenya. Bikin berbagai bentuk lampion terus kasih lampu warna-warni dan apungkan di sepanjang sungai. Ga ada pungutan biaya masuk pun, hanya bayar 1000\ untuk melintasi jembatan buatan yang dihiasi lampu warna-warni juga. Hasilnya? Lautan manusia, mulai yang domestik sampai turis macam kami ini, hahahhaha.

Indonesia, kapan bikin festival-festival budaya yang seperti ini yah? Maksudnya bukan hanya festivalnya saja, tapi juga menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung juga. Sayang, kita punya banyak potensi panorama alam tapi seakan dibiarkan tak terpelihara. Tapi sudahlah, saya ga mau terus-terusan mengeluhkan negeri saya sendiri. Saya yakin koq,, banyak orang-orang yang punya pemikiran menuju pembaharuan koq nantinya. Nah, ini sebagaian foto-foto yang kami abadikan malam itu di sepanjang sungai Namgang.


tiket perjalanan ke Jinju...



tiket balik ke Busan.. *kata teman saya dilampirkan, biar lengkap gitu.. LOL*


we are 3-couples..yeaahhhh!!!!









saya narsis yakk....maapkannn...

October 14, 2010

Let's Save Our Jiffest..!!!

by uLLy di 4:05 pm 0 komentar

Siang ini saya nongkrong di twitter. Mulai baca-baca TL yang di twit-kan oleh para tweeps juga. Dan tiba-tiba muncullah kicauan dari om Jokoanwar soal #saveJiffest.

Katanya:
Jiffest, punya potensi besar untuk jadi besar. Sayang nggak dapet dukungan pemerintah dan sekarang terancam bubar. :( Jokoanwar

Saya langsung crosscheck ke web resminya Jiffset dan benarlah bahwa Jiffest tidak mendapat dukungan dari pemerintah. Terancam batal jika Jiffest ga mampu mengumpulkan dana sebesar 1M itu. Padahal ini sudah penyelenggaraan yang ke-12 kalinya, sepanjang satu deKade yang lalu Jiffest ternyata masih dapat support dari pihak luar, namun sekarang bantuan itu dihentikan dan Jiffest harus mencari sponsor dari pemerintah maupun pihak local. Waktu penyelenggaraan tinggal hitungan hari lagi dan panitia masih kekurangan dana sebesar 1M. Dan inilah saatnya untuk kita, orang-orang muda Indonesia, pecinta seni dan menyakini bahwa film adalah juga karya seni yang mampu bercerita banyak tentang berbagai sisi kehidupan, bersama-sama mendukung acara ini.

Kenapa saya ikut-ikutan nulis tentang Jiffest yang notabene saya pun belum pernah ikut event itu. Semua itu disebabkan kekaguman saya tentang event yang sama disini yakni PIFF (Pusan International Film Festival). Ini kali yang ke-15 dilaksanakan di Pusan. Hasilnya? Sangat antusias. Kita bahkan harus pesan tiket jauh-jauh hari untuk demi bisa nonton film-film yang masuk nominasi. Kita pun disuguhkan film-film cerdas dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang cerita yang unik. Ini Penting, Cerdas!!!!

Tapi sayang, diantara teman-teman mahasiswa Indonesia disini pun menganggap film-film itu bukan jenis film komersial atau yang sedang tayang di bioskop-bioskop, jadi ga terlalu punya hasrat untuk ikutan nonton. sayang sekali, tadinya pikir itu cuma jadi anggapan individu saja. Namun pada akhirnya saya menemukan juga ada yang nge-tweet dan bilang: Jiffest itu ga penting!!! Wah,saya tak mau berdebatlah tentang itu, mungkin selera orang beda-beda. Yah belajar memaklumi saja. Padahal kalo Jiffest bakal terlaksana, akan banyak pekerja seni luar negeri yang datang ke Indonesia, bukan hanya sekedar ingin nonton saja tetapi berkesempatan melihat budaya dan keindahan alam Indonesia lebih dekat. Kapan lagi kita bisa bangga sama negara sendiri terlebih lagi sama hasil karya anak-anak bangsa sendiri. Film, Seni, Panorama: kesemuanya itu bisa jadi ajang menjual dirinya Indonesia. Serta memberikan harapan bahwa masih ada orang-orang muda Indonesia yang kreatif yang senantiasa mengembangkan sikap optimis daripada ikut-ikutan meratapi nasib bangsa yang dirundung berbagai masalah akhir-akhir ini.

Apapun itu nantinya keputusan Jiffest, saya akan tetap dukung. Karena Jiffest itu salah satu ajang menimba ilmu tentang per-film bagi anak-anak bangsa yang bergelut di bidang itu.

"Setelah 11 tahun kami berjuang, sekarang kami mengajak publik untuk berjuang bersama" - Shanty Harmayn#savejiffest

Jiffest God Bless U….

October 13, 2010

colors, flowers, girls..

by uLLy di 6:44 pm 0 komentar
I've got this info from Diana Rikasari's blog, and try such a nice application there. You'll find a campaign, named it WOW (Why Only White) held by Kotex Luxe . all about colors, flowers and girls.



I've did a quiz and they said that I'm "Little Miss Perfect"... wooowww [again]...

from Hi-So to mainstream...

by uLLy di 6:39 pm 0 komentar

Menonton di acara Festival Film punya keasyikan tersendiri bagi saya. Disamping thema-thema yang disodorkan juga amat bervariasi dan bisa dijadikan ajang menambah wawasan tentang dunia per-film-an itu sendiri, tapi bisa melihat sisi lain dari kehidupan masyarakat di berbagai negara juga. Seperti kali ini, saya berkesempatan nonton salah satu film ber-genre drama dari Thailand. Hasil besutan Sutradara yang bernama Aditya Assarat yang diberi judul Hi-So. Judulnya sendiri merupakan singkatan dari High-Society. Kita mungkin mengenalnya sebagai komunitas anak-anak borju. Kehidupan mereka yang selalu dikaitkan dengan berbagai fasilitas “wah” seperti tinggal di apartemen mewah, bermobil mewah dan berpakaian branded. Di Thailand, komunitas ini sangat terkenal dan cenderung diasumsikan negatif oleh orang-orang.

Cerita yang diusung pun sangat sederhana, yakni tentang “Personality” dari seorang pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan hidup dan mengecap pendidikan di luar negeri. Dan sewaktu dia kembali ke negara asalnya dia dianggap berbeda dan sok ke- “American-boy”-an oleh orang-orang sekitarnya. Padahal, dia sebenarnya punya keinginan untuk berkarir di negaranya sendiri. Tapi berbagai penolakan bergantian menghadangnya, tak terkecuali oleh pacarnya sendiri. Dan pada akhirnya si pemuda memutuskan untuk meninggalkan negerinya sendiri dan menetap di luar negeri untuk selamanya. Pengalaman ini pulalah yang dialami oleh sang Sutradara hingga menginspirasinya untuk membuat film seperti ini. Hi-So yang ada di imajinasi si sutradara bukanlah semata mengenai predikat yang melekat di diri dia, for him, it's all not make a sense, but what’s in your mind, that’s the most important, ujarnya.

Mungkin pemikiran semacam ini juga pernah singgah di kepala kita, saat kita melihat teman-teman kita yang balik dari menimba ilmu di negeri asing, bekerja atau bahkan menetap di negeri asing. Mungkin saat mereka kembali, ada yang mengusung warna sok kebarat2an atau sok ke-korea2an barangkali. Namun tak sedikitnya mereka kembali dengan harapan baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan syukur-syukur bisa memberikan padangan baru yang lebih positif. Namun, padangan-pandangan negatif sering kali dilemparkan ke mereka. Padahal kehidupan itu berkembang, dinamis. Kalau dulu banyak orang-orang yang lahir di Indonesia tapi ga pernah merantau bahkan keluar dari tanah kelahirannya sekalipun. Tapi sekarang ini, lihat saja berapa banyak orang-orang yang melanjutkan hidup dengan cara belajar ke luar negeri, bekerja atau menikah dengan orang asing. Dan orang-orang ini sudah menyebar keberbagai negara di dunia dan mereka tidak dikelompokkan berdasarkan kebangsaannya tapi berdasarkan tingkat pendidikan (education), kesukaan (taste) dan kesempatan (opportunity). Di twitter atau di FB saya punya sekitar 500an teman. Dan mereka itupun berasal dari suku-suku yang berbeda di Indonesia dan ada juga yang sedang tidak tinggal di Indonesia. Kami terhubung karena memiliki kesukaan yang sama akan genre-film, genre-musik atau bahkan buku.

Waktu berputar dengan sangat cepat, tiap tahunnya akan memberikan perubahan. Seperti Polaroid, pada saat kita menjepret wajah kita, hasilnya sudah dianggap sebagai karya masa yang lampau. Dikehidupan nyata pun demikian, kita tak lepas dari kehidupan masa lalu dan masa depan, dan sekarang kita berada di pertengahan. I feel it : old things dying away, new things being formed. Jadi kenapa kita tidak mencoba mengekspresikan perubahan-perubahan baik yang ada di sekeliling kita tanpa dianggap menjadi sesuatu yang aneh.

Seperti saat ini, kita seringkali bilang kalau Indonesia itu bangsa yang besar, padahal kita ga mau menjadi besar dengan itu. Setiap perubahan yang terjadi kadang kala dinilai dengan negatif, dianggap memungkiri hirearki bangsa dan bereaksi kontra terhadapnya. Padahal Indonesia itu berbeda. Lihat saja dari Sabang sampai Merauke, from the sea and the sky of the south to the dense gray and glass blocks of the city, the disparity is staring you in the face.

Lalu kalau ada yang bertanya: ”apakah tulisan seperti ini akan memberikan perubahan pandangan bagi orang yang membacanya?”. Saya akan menjawab “IYAH” dengan berbohong. Kenyataannya mungkin hanya beberapa orang di komunitas ini yang akan baca tulisan ini, atau beberapa orang yang melakukan blogwalking ke blog saya saja. Tetapi saya yakin, di masa mendatang, akan banyak orang yang bergabung di komunitas-komunitas pembaharuan. It might become so big it will no longer be a tribe, but the mainstream. Sehingga pada akhirnya kita akan bisa menarik diri kita dari Polaroid tadi dan mulai mengenali diri kita sendiri.

Mungkin film ini sedikit memberikan pencerahan ke diri saya saja barangkali. Karena saya yakin, dikomunitas ini, semua warganya sudah punya visi “perubahan” tadi. Buktinya saya mengiyakan apa yang pernah di tulis oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Roman Jejak Langkah-nya :
“Ilmu pengetahuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya...”.

Disini, setiap tulisan yang katanya masih dalam tahap belajar menulis pun mampu meng-inspirasi saya, apalagi diperkenankan mengenal sosok-sosok hebat di balik tulisan-tulisan tadi, setidaknya pun kita sudah berada di trayek menuju perubahan itu tadi.

ever..

by uLLy di 5:27 pm 0 komentar




Kita pernah bertemu di malam-malam penuh bintang kala itu. Aku suka bentuk bulannya, bulat sempurna. Terangnya juga pas, memukau. Malam penuh cinta saat kau ucapkan lamat-lamat kata sayang padaku. Setengah tak percaya, tapi tatapan mata itu seakan menyakinkan bahwa ada cinta yang menggebu disana. Aku mengangguk, mengiyakan. Kau balas memelukku, erat. Kita berjalan di garis edar yang sama, setidaknya mulai malam itu.

Terkadang ada ragu melesak di dada, tentang labuhan terakhir kita. Seakan memungkiri bahwa cinta kita itu akan abadi, bersama. Padahal tidak-kan sayang. Kita terlalu banyak berlakon sebagai pecinta tanpa mau setia. Melangkah bertautan seakan amnesia dengan masa lalu. Saling menyusuri langkah yang semestinya tidak bermuara ke aku atau kamu. Hingga kita takkan pernah berada pada harap, tentang kebersamaan abadi. Jalan kita bersisihan, itu yang aku pahami.

Sesungguhnya waktu kita sudah usai, pluit itu sudah ditiup. Lampu taman sudah redup. Kita perlu rehat dari permainan hati ini. Jangan susuri lagi jejak ku sayang. Lenyapkan ingin untuk terus bersama-sama. Karena kini kita ditariki jarak, dipisahkan masa.

October 06, 2010

tarikan kangen...

by uLLy di 8:13 pm 0 komentar

Senja itu, berlalu dengan cepat. Mata saya nanar menatap layar laptop yang berpendar seharian di atas meja kerja saya. Mungkin semesta sedang mengambil alih kendali atas kita saat ini, hingga kita dipaksa harus tunduk pada kuasanya. Bergerak seperti mesin, tanpa jeda yang bisa membuat kita saling terhubung untuk sekedar berbagi kisah atau canda. Kadang beginilah hidup, kita dipaksa harus hanya menjalaninya, tanpa tanya apalagi gugat. Hidup yang bergerak, membiarkan diri dikuasai keadaan, mengalir dan tanpa usaha melawan. Bukan tak ingin, tapi ternyata sudah tak ada tenaga untuk menghentikan tarikan-tarikan ini. Dan juga tarikan kangen ke kamu. Kangen berbicara seperti kemaren.

Entah kenapa, dalam sepi ini saya sempatkan membacai percakapan kita, yang selalu saya arsipkan. Isinya, tentang kamu, semunya tentang kamu. Membacainya satu-satu sejenak mengalihkan imaji saya ke kamu. Kamu, yang kata-katanya terasa hangat menjalari dada, menerbitkan keriuhan dan keriangan. Kita bisa berada dekat, seperti dua kerabat yang diikat tebal rasa sayang. Kamu, yang disana dan entah sedang apa,saya cuma ingin bilang, saya baik-baik disini. Menjalani hidup, bersyukur untuk setiap hari yang telah saya lalui, sambil menunggui kapan semesta akan melepaskan kita dari kekangan ini. Walau terkadang masih saja dalam kesepian dan kemalau pikiran yang sama. Ingin rasanya berada dalam rengkuhan magis cinta dan diksi. Suatu waktu, ingin kucuplikkan hari yang paling murni, kubungkus dan kepadamu kukirim agar kau masuk dan merasakan imaji-imaji mimpi yang tersaji di keseharian.

Terimakasih untukmu. Suatu waktu, kita akan berbincang lagi, dan tiada hari tanpa percakapan kita, seperti subuh yang bergeser karena kekuatan canda dan keriuhan tadi.

October 02, 2010

digerakkan...

by uLLy di 5:23 pm 0 komentar


Ketika feeling kita terus diasah, maka saya percaya kita akan semakin peka. Mungkin ini juga sering dialami semua orang. Saat yang kita tak sadari, baik secara langsung maupun tidak langsung, semesta akan membuat kita saling terhubung. Sebut saja kejadian dua bulan lalu, ketika saya mendapat forward-an sms dari teman saya yang baru saja kehilangan putri semata wayangnya. Yang jelas-jelas dua hari sebelum dia mengirim sms itu, saya benar-benar kepikiran sama teman saya. Berungkali saya cek akun YM-nya, mencari tau apakah lampu kuningnya sudah menyala atau belum. Dan sebuah sms itu akhirnya memberi jawab untuk semua keinginan saya untuk mengobrol dengannya.

Pengalaman saya setelah libur lebaran di Indonesia. Feeling saya kembali ke menjelajah ke akun yang yang ada di Gmail. Ada seorang teman saya disana, bukan sekedar teman barangkali, cukup saya panggil om dan kami akan mengobrol panjang lebar tentang banyak hal layaknya om dengan ponakan. Padahal kami belum pernah bertemu. Cukup lama kami tidak saling bertegur sapa, berbagi kata-kata. Malam itu saya tulis sebuah pesan untuknya, benar-benar singkat, hanya dua baris. Mengucapkan selamat hari raya dan menanyakan kabar. Dua hari setelahnya, om itu membalas pesan itu dengan tak kalah singkatnya, dia sedang sakit, berdamai dengan kasur dan obat katanya.

Lain lagi dengan pengalaman minggu lalu. Saat itu saya sedang tidak ingin menilik akun FB saya. Tapi nyatanya tangan saya berulang kali meng-klik tombol News Feed dan pada satu waktu saya ingin kali men-search nama senior saya, asal saja waktu itu. Dan saya langsung terkejut setelah membaca wall-nya dimana ada banyak teman-temannya yang mengucapkan doa dan pernyataan lekas sembuh. Barulah saya tau bahwa senior saya ini merupakan satu-satunya korban yang terjebak tanah longsor di komplek TNI Cijantung 27 September lalu. Padahal baru dua minggu yang lalu dia menyapa saya kala online di FB satu waktu. Dan hari itu feeling membawa saya ke akunnya. Saya beruntung bisa memberikan sedikit kata-kata penghiburan agar dia cepat sembuh dan agar dia pun tau bahwa ada banyak orang-orang di sekelilingnya yang senantiasa mendoakan dan mengharapkan dia bisa segera berjalan. Pulih 100%.

Kemaren juga, lagi-lagi membuka akun FB. Membaca postingan seorang teman saya yang ditujukan untuk seorang istri teman kami juga. Setelah saya baca, ternyata isinya tentang ke-ikhlasan menerima semua yang sudah di takdirkan Tuhan. Bahwa dia harus kehilangan janin dalam kandungannya, yang konon untuk mendapatkan calon bayi itu, mba-ku ini harus menunggu bertahun-tahun. Turut berduka buat mba Nia, be strong!!! *big hugs for you…

Waktu ini, feeling saya bergerak ke akun saya yang tergabung dalam sebuah milis. Cukup lama tidak berinteraksi dengan milis ini, dan ketika saya berhenti sejenak di akun Profil saya, tiba-tiba pointer-mouse saya bergerak untuk meng-klik salah satu follower saya. Hanya liat avatar-nya, tak ingat namanya. Ketika jendela akun-Profilnya terbuka, saya baca beberapa komentar yang tertulis di wall-nya itu. Ternyata dia sedang merasa terpojok oleh satu hal. Dan ber-niat untuk hengkang dari milis tersebut. Padahal dia termasuk golongan yang aktif posting kala itu. Sedih juga, pikir saya.

Mungkin kejadian seperti ini kerap kali kita alami. Mau itu dengan orang yang terdekat atau bahkan dengan orang yang belum pernah kita temui sekalipun. Dan semesta menghubungkan kita. Lagi-lagi saya tertegun, Tuhan perlahan-lahan menggerakkan saya ke berbagai arah, ke berbagai peristiwa. Mungkin karena waktu yang kita miliki di dunia ini sungguh terbatas, dan dipastikan lewat rekam jejak yang dialami oleh orang-orang sekitar kita, setidaknya kita bisa belajar, berbagi, berguru tentang hidup, tentang berbagai emosi jiwa. Salut untuk semua rancangan Tuhan yang tak pernah terselami itu, Dia membuat segalanya indah pada waktunya. Saya percaya itu.

Untuk orang-orang yang sedang merasa sendiri, jangan sampai menyindiri yah. Pastikan sinyalmu masih ada, agar senantiasa pesanmu terkirim ke yang Di-atas yang bertitel “sang maha” itu. Pesan baliknya akan menggerakkan hatimu untuk terus bertumbuh, berbunga dan menghasilkan buah.
 

relax-breathe-smile Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei