August 18, 2010

...

by uLLy di 11:51 am 0 komentar
Orang-orang jalanan cuma mengenal satu tuhan, yaitu tuhan yang berkata : "Bertahanlah hidup. Tidak ada salah atau benar, surga atau neraka, dan tak ada kehidupan lain yang kujanjikan setelah ini".

Dan kalimat itu, hanya itu, yang senantiasa terpatri dalam benak, tergores dalam batin, terngiang dalam pikiran. Tidak perlu kitab, tidak perlu nabi.

Ah-ha-ha-hah... staying alive, staying alive
Ah-ha-ha-hah... staying al-laaaaa-haaa-ha-a-ha-haaaiiive
(Staying Alive, Beegees, 1977)

65 years of Independence

by uLLy di 2:47 am 0 komentar

Sejak senin kemarin saya sebenarnya tergelitik untuk menulis, sekedar mengucapkan selamat ulang tahun negeri Indonesia-ku yang ke-65. Sungguh sebuah perdebatan bathin kala kemarin saya membaca beberapa tulisan tentang “merdeka ala teman-teman blogger”. Tak disangkal berbagai tulisan yang saya baca memang bernada negatif seiring dengan berbagai kemelut dan carut-marut kondisi per-politikan di Indonesia. Bilang saja saya tak mengerti ranah politik tapi setidaknya saya tidak buta. Saya masih bisa menatap nanar kala kemacetan yang terus-menerus menjadi momok menakutkan di ibukota yang tak kunjung membaik. Tingkat kemiskinan yang katanya menurun dari 14.5% menjadi 13.3% yang mungkin saja hanya permainan angka-angka, sedang kenyataannya ada ibu yang tengah menderita kanker rahim yang tinggal di kolong jembatan, hanya mampu berbaring di atas hamparan kardus bekas, lembab dan kotor tanpa ada bantuan medis. Sedang makin banyak anak-anak yang demi melanjutkan hidup menjadi pemulung dan pencopet karena biaya pendidikan yang semakin mahal dan dana BOS yang entah kemana implementasinya.


Saya pun tidak buta, kala membaca, melihat dan mendengar masih banyak rakyat Indonesia yang hak untuk beribadahnya masih terzolimi, ironisnya itu terjadi di negeri mereka sendiri, di kampung halamannya, tanah tumpah darah tempat mereka di lahirkan bahkan dibesarkan. Saya tidak buta, kala harga kebutuhan pangan yang makin melambung, dan membayangkan orang tua saya yang masih bekerja di sana, yang tiap harinya masih bisa makan 3kali sehari dengan sederhana, bagaimana dengan mereka yang berada di garis kemiskinan? Yang masih berpikir “besok harus bekerja lebih keras lagi demi sesuap nasi (sungguh-sungguh hanya untuk sesuap saja)”. Atau tak usah jauh-jauh kasus Lumpur Lapindo yang entah kapan akan berakhir.


Kemudian kembali ke pertanyaan klise, “kemana arah pandangan petinggi negeri ini? Yang sudah diberi fasilitas internet 24/7, fasilitas gedung megah agar lebih nyaman untuk berpikir dan bertindak, di lengkapi dengan mobil dinas yang nyaman dan bebas hambatan kala bepergian keluar kantor. Tapi tampaknya, “mereka” benar-benar buta dan mungkin butuh anggaran untuk “operasi katarak ber-jamaah”, sisa anggarannya nanti tinggal di tandatangani dan diselipkan amplop tebal. Ah, sungguh refleksi energi negatif tampaknya.


Tadi saya mengikuti “Upacara bendera Online”, mendengarkan Orasi Iwan Esjepe, beliau berkata:


Jika kau seorang pegawai, bekerjalah dengan giat dan jujur.
Jika kau seorang pelajar, tuntutlah ilmu sebagai bekal.
Jika kau seorang pemimpin, jadilah panutan dan memberi suri tauladan.
Jika kau seorang ibu, tanamkan budi pekerti dan cintai putra-putrimu.
Jika kau seorang ayah, berilah nafkah yang halal dan lindungi keluargamu.
Jika kau seorang anak, hormat dan berbaktilah pada orang tua.


Di sebalik kekisruhan yang ada, korupsi yang masih menjamur, kita dilupakan tentang betapa Negara Indonesia adalah Negara yang kaya, sungguh kekayaan alam yang berasal dari kemurahan Sang Maha Pencipta. Matahari yang indah kala terbit dan terbenamnya, hujan yang mampu mengairi pematang sawah, laut yang membiru tempat jutaan nelayan menggantungkan hidup. Ada anak-anak bangsa yang meraih medali emas di Olimpiade Sains, Fisika dan Matematika. Ada guru-guru yang mendedikasikan dirinya untuk mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa yang di pelosok-pelosok tanah air. Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri, yang dipundaknya tertanam semangat kebangsaan, yang di dadanya terus menggelorakan “Indonesia”.


Bukankah air yang setitik demi setitik suatu saat mampu membuat lubang pada sebuah batu. Itulah kekuatan “persatuan”, seperti sila ke III Pancasila. Kita ada, bersatu dan bergerak, terus. Bukankah perjuangan itu harusnya tak pernah ada kata berakhir? Selama hayat masih di kandung badan.


Merdeka… mari terus optimis untuk berbuat demi Indonesia. Mungkin tak akan ada gunanya kita terus mengutuki ruangan yang gelap sedang kita mampu menyalakan lilin. Kedaulatan bangsa sebagai entitas politik yang hendak mencapai kesejahteraan yang berkeadilan bagi segenap manusia dan masyarakat Indonesia. Mari sama-sama bercermin dari berbagai peristiwa kelam yang sudah dilewati. Saatnya anak bangsa berbuat dan bukan sekedar menutut bahkan merusak. Semoga kelak rakyat tidak lagi disuguhi janji manis yang berbuah derita, BUKTI itulah yang terutama.


Selamat Ulang Tahun Indonesia-ku, semoga Tuhan memberkati-mu!!!

 

relax-breathe-smile Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei