
Senja itu, berlalu dengan cepat. Mata saya nanar menatap layar laptop yang berpendar seharian di atas meja kerja saya. Mungkin semesta sedang mengambil alih kendali atas kita saat ini, hingga kita dipaksa harus tunduk pada kuasanya. Bergerak seperti mesin, tanpa jeda yang bisa membuat kita saling terhubung untuk sekedar berbagi kisah atau canda. Kadang beginilah hidup, kita dipaksa harus hanya menjalaninya, tanpa tanya apalagi gugat. Hidup yang bergerak, membiarkan diri dikuasai keadaan, mengalir dan tanpa usaha melawan. Bukan tak ingin, tapi ternyata sudah tak ada tenaga untuk menghentikan tarikan-tarikan ini. Dan juga tarikan kangen ke kamu. Kangen berbicara seperti kemaren.
Entah kenapa, dalam sepi ini saya sempatkan membacai percakapan kita, yang selalu saya arsipkan. Isinya, tentang kamu, semunya tentang kamu. Membacainya satu-satu sejenak mengalihkan imaji saya ke kamu. Kamu, yang kata-katanya terasa hangat menjalari dada, menerbitkan keriuhan dan keriangan. Kita bisa berada dekat, seperti dua kerabat yang diikat tebal rasa sayang. Kamu, yang disana dan entah sedang apa,saya cuma ingin bilang, saya baik-baik disini. Menjalani hidup, bersyukur untuk setiap hari yang telah saya lalui, sambil menunggui kapan semesta akan melepaskan kita dari kekangan ini. Walau terkadang masih saja dalam kesepian dan kemalau pikiran yang sama. Ingin rasanya berada dalam rengkuhan magis cinta dan diksi. Suatu waktu, ingin kucuplikkan hari yang paling murni, kubungkus dan kepadamu kukirim agar kau masuk dan merasakan imaji-imaji mimpi yang tersaji di keseharian.
Terimakasih untukmu. Suatu waktu, kita akan berbincang lagi, dan tiada hari tanpa percakapan kita, seperti subuh yang bergeser karena kekuatan canda dan keriuhan tadi.
0 komentar:
Post a Comment