
Kita pernah bertemu di malam-malam penuh bintang kala itu. Aku suka bentuk bulannya, bulat sempurna. Terangnya juga pas, memukau. Malam penuh cinta saat kau ucapkan lamat-lamat kata sayang padaku. Setengah tak percaya, tapi tatapan mata itu seakan menyakinkan bahwa ada cinta yang menggebu disana. Aku mengangguk, mengiyakan. Kau balas memelukku, erat. Kita berjalan di garis edar yang sama, setidaknya mulai malam itu.
Terkadang ada ragu melesak di dada, tentang labuhan terakhir kita. Seakan memungkiri bahwa cinta kita itu akan abadi, bersama. Padahal tidak-kan sayang. Kita terlalu banyak berlakon sebagai pecinta tanpa mau setia. Melangkah bertautan seakan amnesia dengan masa lalu. Saling menyusuri langkah yang semestinya tidak bermuara ke aku atau kamu. Hingga kita takkan pernah berada pada harap, tentang kebersamaan abadi. Jalan kita bersisihan, itu yang aku pahami.
Sesungguhnya waktu kita sudah usai, pluit itu sudah ditiup. Lampu taman sudah redup. Kita perlu rehat dari permainan hati ini. Jangan susuri lagi jejak ku sayang. Lenyapkan ingin untuk terus bersama-sama. Karena kini kita ditariki jarak, dipisahkan masa.
0 komentar:
Post a Comment