
Lama mendekam dalam ruang kerja yang ga hangat2 banget, bikin saya makin malas mikir apalagi nulis. Well, akhirnya dengan kemalasan dan kejenuhan itu, kemaren sore Bayu ngajakin ngabur ke Shinsegae, katanya mau window-shopping bareng Hilda. Damn!! Saya langsung menyanggupinya, kaburlah dari lab! Bagoooss.. perbuatan nista ini janganlah di baca oleh para mahasiswa yang hobi mangkal di lab, apalagi menirunya, dijamin bakalan di tendang dari lab sama juragan. Akhirnya dengan segala ke-cool-an dan ke-PD-an tingkat tinggi saya berhasil kabur dari lab di pukul 4.30pm, not too bad-lah. Tempat pertemuan rahasia kami *halah, adalah subway-station Pukyong-Kyungsung Univ. Soalnya sejalur kearah Shinsage. Agenda kami yang sudah disepakati adalah bersenang-senang saja. Di subway kami merhatiin ada anak kecil-cowok, mungkin umurnya sekitar 9 tahunan barangkali, berada di dekat pintu sendirian. Tadinya berpikiran tuh anak emang ga pengen duduk deket orang tuanya, eh ternyata kami salah besar. Si anak kecil itu emang sendirian dari stasiun yang sama dengan kami, terus dua stasiun sebelum Suyeong, masuklah seorang kakek. Dan anehnya, si kakek negur dia dan mereka bercakap-cakap dengan akrab. Tadinya aku mikir dia memmang janjian sama kakek-nya di salah stasiun, mungkin ini efek keterbatasan bahasa korea saya, sehingga ga bisa mengartikan percakapan mereka. Kemudian nyampe stasiun Suyeong si kakek keluar dan mungkin pindah jalur barangkali. Tinggallah si anak kecil cowok ini sendirian lagi. Pas ada bangku kosong, dia duduk dengan tenang dan kami terus memperhatikan. Ternyata dia turun di stasiun yang sama dengan kami, sempat kami bikin skenario yang lucu tentang si anak kecil itu. Anggapan kami dia itu akan kencan dengan pacarnya di Shinshage juga, karena dia tampaknya bersemangat sekali pas turun dari kereta. Kami malah beneran ngikutin dia sampe keluar dari stasiun. Dan sangking dia semangat sampe lari-lari, kami pun mengurungkan niat untuk mencium jejaknya, jadi kami sepakat saja bahwa dia sudah agak telat janjian sama pacarnya. *halah.
Moral kisah diatas mungkin mau menggambarkan betapa amannya kondisi per-transportasi-an di Busan. Dan betapa seorang anak kecil yang sudah bisa diajak mandiri dan menjaga diri sendiri, dan dia ga dibekali dengan selular juga loh. Padahal di korea ini, anak-anak kecil itu udah freak sama yang namanya selular, beri dia iPhone, maka dengan amat sangat berpengalaman dia akan utak-atik isinya. Anak kecil di korea emang sudah dilatih untuk menjadi pribadi yang mandiri. Sejak bayi, mungkin saat mereka sudah bisa jalan sendiri, orang tua ga akan pegang-pegang tangan anaknya. Mereka dikasih kebebasan untuk jalan kemana saja, dengan catatan bukan di tengah jalan loh. Kadang orang tuanya malah asyik baca-baca papan pengumuman di stasiun mungkin, si anak akan dibiarin muter-muter sekitar situ. Dan kadang, kalo anaknya udah jatuh sekalipun, orang tuanya hanya berhenti sebentar trus nungguin anaknya bangun lagi dan lari ngejar orang tuanya. Gileee. Jadi sampa dewasa pun kebiasaan seperti ini akan terus berlaku. Kemudian, mengenai si kakek tadi, kami sepakat bahwa orang tua korea sangat baik sama anak kecil. Mungkin budayanya sedikit berbeda sama kita orang Indonesia. Anak yang sudah menikah dan punya anak terus pasangan tersebut sangat sibuk sehingga urusan mengasuh anak diberikan ke orang tuanya atau mertuanya lagi. Kalo di korea, mungkin sebagian ada yang menerapkan hal ini. Tapi itu sedikit sepertinya. Bagi pasangan muda, hal itu sangat memalukan dan memberatkan orang tua maupun mertua mereka. Jadi sebegitu si anak sudah 1 tahun dan dirasa sehat, mereka akan segera masuk tempat pengasuhan yang kadang tersedia untuk 24 jam sekalipun. Kenapa? karena biaya hidup di korea itu tergolong tidak murah. Jadi, kalo sudah masuk tempat pengasuhan, kedua orang tua bisa bekerja penuh dan yang terpenting tidak memberatkan orang tua masing-masing. Jadi ga heran, kalo kita jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau katakanlah Busan Tower atau track-track hiking, kita akan melihat betapa banyaknya orang-orang tua berada disitu. Artinya mereka benar-benar menikmati yang namanya hari tua mereka. Tanpa ada kewajiban mengasuh anak dari anak mereka. Jadi kalo ketemu anak kecil, mereka akan sangat perhatian sekali.
Dan acara jalan-jalan kita dilamjutkan dengan dinner bareng. Ngobrol-ngobrol ga penting sambil liat-liat sekeliling. Iseng-iseng naik ke lantai bioskop, padahal kita ga punya agenda buat nonton hari ini. Berhubung Hilda dan Bayu udah nonton beberapa film yang baru rilis, jadinya kita Cuma punya pilihan “The Tourist”. Ituloh filmnya si ibu cantik Angelina Jolie dan Jhonny Deep. Pemutarannya jam 19.30 pm, sudahlah hajar deh. Nungguin waktu tayang, kami bersantailah di Kyobo, lalu ngubek-ngubek toko CD, siapa tau ada yang diskon. Sialnya ga ada pula, akhirnya nongkrongin music stationnya, dengerin “O holy night”, sambil liat lampu warna-warni di depan. Rasanya, aduh romantislah, hahhahaa. Kelamaan disana juga ga enak pula, berhubung kita ga beli apapun masalahnya. Lanjut deh mau nyari cemilan, tadinya mau beli ayam goreng 5 potong, tapi ternyata bayu murtad dan memilih ngemil makan eskrim Baskin-Robbins sampai saya pun akhirnya ikut terpengaruh. Dan Hilda milih caffeine dan membuat kita mojok di Starbuck-coffes sambil ngobrol-ngobrol ga penting lagi.
Karena waktu udah nunjukin seperti harapan kita maka kami bergegas membeli perlengkapan perang pop-corn dan minuman yang merupakan pasangannya. Kami mulai ngemil pop-corn segede gaban itu mulai dari pintu masuk. Alhasil, dua kali diriku nyampah disitu, pindah-pindah tempat pulak. Sampe ga enak sama petugasnya yang ngikuti kita sangking dia freak-banget sama kebersihan.. hahahha *ini mah kewajiban yah? –tepok jidat-. Jadi bisa dibayangkan pop-corn kita udah habis, padahal film belum nyampe sepertiga ceritanya..*sigh.
Tentang film “The Tourist”, bayangan sebelumnya adalah bakalan melihat adegan-adegan “seru”(baca: asyik masyuk) di film ini, seperti film-film Angelina Jolie sebelumnya. Ternyata saya salah besar. Adegan action-nya juga minim. Cuma puas dengan pengambilan latar Venice yang aduhai indah, memesona. Selebihnya, lumayan. Malah sempat agak ngantukan, sempet kesel karena ada dialog yang diucapkan dalam bahasa France. Pas pulangnya diajakin norebangan sama Hilda, berhubung udara dingin dan beranjak kemana-mana bikin menggigil, akhirnya saya memutuskan untuk balik ke lab. Menyibukkan diri diantara mesin pencari gugel dan situs2 pilihan saya. Kemudian pulang dengan damai.
Siang ini, mulai deg-degan nungguin kabar dari jurangan. Siapa tau ngajakin meeting seperti biasanya.. lagi-lagi..sigh!!!! *beneran, matekkk… ngebutlah bikin bahan meeting!!!
0 komentar:
Post a Comment