
Pergi yang kepagian? Mungkinkah ini yang tepat untuk melukiskan perih itu? aku bisa apa? Bahkan aku alpha menatapmu untuk terakhir kalinya. Mata itu akan terus menutup, nafas itu sudah pergi, raga itu tak bergeming. Usia itu menutup. Saat kusapa, kau takkan lagi berbalas. Aku bisa apa?
Menantikan mujijat? Sudah kami lakukan sampai di penghujung minggu ini. Tuhan berkehendak lain barangkali. Tuhan benar-benar punya selera humor yang baik yah? Dia memberikan sesuatu hal saat kita tak menyangkanya, dan bahkan tiba-tiba menariknya saat kita benar-benar mencintainya. Dan sekarang Tuhan sedang ber-kelakar, mengambil yang telah dia berikan, dulu.
Kau sudah tenang disana, aku pastikan itu. Turutlah cahaya putih yang memancar terang itu, laluilah… temui disana Tuhan. Duduk disampingnya yah bang. Minta Tuhan pegang kepalamu, biar denyutan perihnya tak terasa lagi. Kau sudah bisa tersenyum sekarangkan? Jangan-jangan lupa senyum sejak koma berhari-hari itu menderamu. Tenanglah disana, bersama Tuhan.
Aku bisa apa?
Kak Mega bisa apa?
Anak-anakmu bisa?
Menangis… cuma itu yang bisa kami lakukan, sekarang!!
Pergimu yang kepagian? Aku bisa apa?
*dalam tangisku di meja kerja, aku mendoakanmu, keluarga kecil yang kau tinggalkan.
Rest In Peace, Big Brother…
We Love U… much!!!
God Bless you…
Busan, 17 September 2010
0 komentar:
Post a Comment