
Kepada siapa ku kan mengadu
Tuk tuturkan hasrat rindu
Duhai malam gelap yang menghampa
Hadirkan untuk ku dirinya
(Aku Rindu-Marcell)
Aku suka kala senja datang mulai berarak di awan. Menatap bulan menggantung di ujung langit sana, indah. Aku suka membayangkan kamu ada disini, disampingku saja. Tapi tak mungkin bukan, hampir mustahil. Sudah minggu yang ke 86 kali saat kita berada ribuan mil jarak yang membentengi raga. Sudah minggu yang ke-86 saat aku terbangun di pagi hari dan mulai memikirkanmu. Sudah minggu yang ke-86 dimana masih ada malam panjang tanpa hadirmu. Sudah minggu yang ke-86 sambil berdoa agar pekerjaanmu senantiasa dimudahkan.
Sebut saja Tuhan punya selera humor yang tinggi. Dibuatnyalah kita berjauh-jauhan padahal jelas-jelas kita masih sayang. Dibiarkanlah kita belajar hidup sendiri-sendiri padahal kita saling rindu. Diajarkanlah kita tentang arti keikhlasan dan mencari kebebasan padahal hati kita masih bertautan. Tapi kalau cinta tanpa rasa kangen dan perih, darimana kita tau kalau cinta itu nyata. Rasa rindu aku ganti saja dengan tangis, rasa cinta aku tulis saja dengan puisi. Tapi laki-laki di seberang sana, ketauilah ada saat-saat dimana asa hampir habis saja. Terkadang bahkan hampir gila membayangkan hati-ku ini milik siapa sebenarnya. Tapi kita bisa apa? Menunggu takdir, begitulah ujarmu. Bagaimana jadinya kisah kita, aku pun hanya bisa pasrah. Mungkin kita tidak bisa bersama sekarang atau nanti, aku malas berandai-andai. Asalkan kau baik disana, masih bernafas, itu baru saya peduli. Yakinkan saja-lah!!!
Dalam gelap ku panggil nama mu...
0 komentar:
Post a Comment