
Sudah memasuki awal musim gugur di Korea, boleh dibilang saatnya mengakrabi outer, knit, syal dan sesekali topi sebagai penjaga hangat suhu tubuh. Sudah memasuki bulan-bulan terakhir dari pengerjaan thesis saya juga. See, betapa waktu berputar amat sangat cepat. Tak terasa. Sepertinya tarikan nafas masih membaui angin musim dingin yang lalu. Melekat pun jelas di imajinasi saya. Tunggu saja, satu kayuhan lagi kita akan sampai di penghujung tahun. Yah, bersyukur juga untuk penantian panjang, bersyukur untuk jarak yang memisahkan raga saya dengan orang-orang yang saya kangenin keberadaannya, membuat saya belajar tentang menghargai kebersamaan, kedekatan diri. Yang bilang kalau hidup adalah sebuah perjalanan, bukan suatu tujuan, saya akan mengangguk setuju. Lihat saja, betapa Tuhan sudah mengatur tiap langkah orang-orang. Cukup serahkan saja hatimu, pasrahkan pada Pemilik hidup, dan lihat betapa ajaib jalan cerita yang sudah dia pilihkan. Untuk saya, banyak kali saya sering berada di situasi yang mengharuskan saya membuat keputusan, tapi saat saya hanya berdiam sejenak dan menenangkan diri, dan berbisik, “tell me what to do, God!!!”. Seketika hati saya pun akan terasa damai.
Kemarin, sebut saja saya sedang cemas tujuh keliling. Tentang eksperimen saya. Makan siang rasanya hambar saja saat saya kunyah. Untunglah di gengaman ada buku “Eat, Pray and Love”. Saya sedang baca buku itu, mencuri waktu di sela-sela kesibukan. Di chapter-4, saya menemukan situasi yang sama, yang dialami oleh Elizabeth. Tentang sebuah keputusan, tentang kecemasan. Dan selesai membaca chapter itu, saya lega..sungguh. Dia bilang: when someone seemed to have reached the state of hopeless and life-threatening despair, and it occur to her that sometimes people in this state will approach God for help. Terlihat agak miris memang, saat-saat kita berada di kesesakan barulah kita memanggil Tuhan. Tapi bukan bagian itu yang ingin saya respon, tapi lebih ke diri sendiri sebagai mahluk ciptaan-Nya. Walau sekuat apapun, sehebat apapun kita, ada saatnya kita akan berada di posisi dimana hanya Tuhan saja yang bisa menolong kita.
PUSH~Pray Until Something Happen….!!
Apa yang saya punyai saat ini, mungkin ini adalah bagian dari rangkain perjalanan saya mencapai bahagia. Saya sudah menemukan cercahannya, walau masih under-construction, saya tetap akan berusaha lebih baik. Saya tau, banyak orang-orang yang disekeliling saya saat ini sebenarnya menawarkan bahagia. Lewat tatapan mereka, lewat sapaan ramah, lewat tepukan lembut di pundak, dan saya belajar untuk lebih peka dengan semua itu dan berbahagia dengan itu.
Jalan Tuhan tak pernah mampu terselami. Dan satu hal yang selalu saya percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan yang menderas. Kalau sekarang ditanya, apa yang bisa membuat orang tua saya bahagia? Pasti mereka berdua serempak meminta saya “menikah. Sementara saya merentas mimpi saya untuk mengurai benang kusut menuju bahagia ala orang tua saya, lebih baik saya fokus nyelesaiin thesis, pulang dan sungkem secepatnya dengan mereka. Saya mulai rindu yang menggebu dengan mamah, bapak, abang dan adik saya. Selagi kami masih terpisah di 3 tempat yang berbeda, saya berdoa agar Tuhan senantiasa menjagai dimana pun orang-orang terkasih saya berada saat ini. Menjagai mereka, hingga tiba saatnya raga kami bisa berdampingan di meja makan berbentuk persegi panjang. Berdoa bersama dan menyantap daun ubi tumbuk dan ikan mas na-niarsik. Sambil sesekali melemparkan guyonan ke bapak saya yang agak susah mengunyah akibat gigi palsu yang kurang pas menempel itu. Saya rindu mereka. Dan selalunya di awal musim gugur ini, hati saya seperti ikut-ikutan menggugurkan tembok-tembok angkuhnya.