December 07, 2010

mama....

by uLLy di 11:06 pm


Kurang lebih 20 hari lagi, aku akan berada di tempat yang menjadi kerinduan selama hampir 2 tahun terakhir ini. Untuk urusan menahan rasa rindu, saya cukup bisa diandalkan. Saya bukan type “homesick-person”, waktu 8 tahun menjauh dari yang namanya orang tua, bukan soal besar bagi saya. Mama, adalah satu-satunya orang yang saya pengen kasih pernghargaan setinggi-tingginya untuk pembentukan karakter hidup saya. Dia, adalah wanita konservatif yang memegang teguh adat dan agamanya. Bicaranya keras dan kadang sangat pemarah. Dia sosok guru yang ditakuti kalo ga salah di sekolahan, makanya mama selalu jadi Guru Kelas VI, mungkin mereka percaya mama mampu meng-handel kelakuan anak SD yang sudah mulai nakal di usia segitu.

Bagi saya, mama adalah seorang sahabat paling dekat sekaligus paling jauh. Waktu masih sekolah di kampung dulu, saya dan mama bisa ngobrol berjam-jam di teras rumah sehabis makan malam. Kami bahas apa saja, ngobrol tentang apapun, saya rindu masa-masa itu. Sejak kecil saya selalu memilih sekolah yang berbeda dengan abang dan adik saya, yang biasanya lebih jauh dari rumah. Mama ga pernah protes, dia mendukung apapun pilihan saya. Sikap mama yang galak tadi, membuat saya tak pernah bisa membantah apapun perkataanya, membuat saya tak punya kesempatan sekedar bermanja-manja seperti abang dan adik saya. Khusus buat saya, mama akan memberikan saya prioritas penuh untuk mengatasi apapun permasalahan saya, katanya “hanya kamu anak mama yang ga pernah ngeluh, masa cuma masalah kecil kamu ga bisa ngatasinya, ayolah kak, beresin sendiri yah!!”. Hingga sampai urusan memilih perguruan tinggi pun mama percayakan sepenuhnya ke saya. Syukurlah, dengan itu semua, saya bisa mantap mengatakan bahwa pilihan saya untuk masuk STP aka Sekolah Tinggi Perikanan, bukan pelarian dari cita-cita saya, tapi bukti bahwa saya harus memilih, untuk meneruskan pendidikan dan melewati tahapan membuat keputusan. Mama hanya memeluk saya saat melepas saya merantau ke Jakarta, saya tidak menangis seingat saya pas lagi pamitan. Saya justru bersemangat menyongsong sebuah harapan yang masih abu-abu itu.

Selama menjalani masa perkuliahan dan masa melelahkan dengan embel-embel taruni, hubungan saya dan mama tak pernah terganggu. Dulu jamannya handphone blom selumrah sekarang ini, komunikasi kami berlangsung di wartel tiap hari minggu, sehabis pulang gereja. Kebiasaan itu pun mendadak berubah sejak saya punya pacar semasa kuliah. Yah, mendadak hubungan kami berjarak, makin jauh. Penyebabnya adalah pacar saya berbeda suku dan agama dengan saya. Ketidaksukaan mama dan pemikirannya yang begitu sempit tentang memahami arti perbedaan membuat saya sakit. Saya mendadak jadi pendiam dengan mama, percakapan kami mendingin apalagi kalo mama menyinggung soal pacar saya. Saya mulai memberontak. Saya berhenti menceritakan apapun yang sedang saya alami. Rindu? Pasti. Apalagi ada perasaan iri saat mendengar cerita teman-teman saya, bagaimana tentang pertemuan keluarga dengan pacar mereka. Saya tak pernah melakukan hal itu sekalipun.

Seringnya kami berbantah-bantahan justru membuat saya makin sadar kalo sebenarnya sifat-sifat mama itu paling banyak menurun ke saya. Mama selalu menanamkan sifat yang teguh imannya, ketekunan dalam belajar, dan memahami adat istiadat. Dan justru hal-hal itulah yang menjadi dinding pemisah dengan mama, kefanatikannya dengan agama dan ke konsevatifan-nya membuat saya susah memberikan pemahaman tentang memaknai perbedaan tadi.

Sampai pada saat tawaran beasiswa ke Korea menghampiri, saya sudah yakin bahwa mama pasti mengijinkan saya, apalagi kalo soal “pendidikan,” beliau tau saya menggilai dunia itu. Saat itu, dalam perjalanan menuju gate-departure, saya menelpon mama. Saya bilang, “mama, kaka mau berangkat dalam hitungan menit lagi, kaka akan jaga diri sampai nanti bisa kembali ke Indonesia, kaka sayang mama.” Tiba-tiba saya nangis tersedu-sedu di keheningan malam di pukul 10pm itu. Seakan kerinduan yang selama ini saya bentengi itu mendadak lebur kala itu. Mama pun tak kalah tangisnya, dia berkali minta maaf kalau selama ini keras sama saya, katanya kaka adalah kebanggaan mama, kebanggaan keluarga. Sebelum saya tutup telpon, saya hanya bilang :”Mom, I love you so much!!!”, and she said: ”Me too.” Sudah 2 tahun kami tak pernah sedekat ini, dan malam itu adalah awal kontak bathin itu kembali memendek.

Sosok mama yang keras sekaligus istri yang setia, membuat saya selalu mengidolainya. Kadang mama suka ngomong ke saya, “Bapak kemaren sakit, ga mau makan sampe sekarang, coba kau ngomong ke Bapak, marahin dulu.” Hahahhahaa..saya sudah terkenal spesialis “mama-cerewet” di rumah, artinya kalo mama sudah nyerah sama kelakuan Bapak saya yang mulai ke kanak-kanakan, atau si adek saya yang suka kecentilan, saya di paksa turun tangan untuk marah-marahin. Kecuali dengan abang saya, dia dan saya punya kisah tersendiri, lain waktu akan saya ceritakan. Saya berharap semoga kedekatan ini dapat terus bertahan.

Mama yang memang keras sama anak-anaknya terutama dengan saya, sebenarnya adalah bukti betapa dia mencintai kami. Pemikirannya yang belum moderat mungkin akan cukup sulit untuk dihancurkan. Itu adalah pilihan mama. Saya memang tak ingin berharap mama banyak berubah, saya cuma pengen mama kelak menerima jalan pilihan saya dan percaya anaknya mampu menjalaninya dengan baik sama seperti yang dia telah terapkan ke saya selama ini, di hidup saya yang ke-26 tahun ini.

I love u, Mom. And I hope u always happy with your life and my life. Be happy for with every choice I made. May God Bless u, Mom!!!

2 komentar:

Anonymous said...

Beruntunglah masih punya mama..Sepintas emang kita tidak terima jikalau ngelarang sana-sini..tetapi yg pasti tujuan mama sebenarna demi kebaikan, N katanya mama tuh ga bisa diganti..Tpi klu suami N pacar katana bisa diganti..saya juga kadang bingung dengan ucapan ini jika dihadapkan pada situasi pilihan yg berat..tetapi seiring berjalan waktu saya lebih mengerti bahwa ternyata itu benar dan amat2 lah benar, mari selagi ada waktu buat yg terbaik buat mama N juga papa, karna merekalah katana wakil-wakil sang pencipta yg hidup..dan saya sangat mengamini ini..

uLLy on 16 December 2010 at 21:12 said...

makasih...

mereka,orang tua yang diperkanankan melahirkan kita ini,punya kewajiban untuk menyenangkan dan menghormati mereka, setuju dengan pendapatmu, walau kadang kalo ego membentengi jarak...

Post a Comment

 

relax-breathe-smile Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei