
Beginilah menyoal tentang jatuh cinta, menunggu pun sudah bukan perkara lagi. Mungkin sama halnya dengan dirimu yah sayang? menunggu, sudah kau anggap jadi bagian hidupmu.
Ingat pertemuan kita di malam itu? senyumnya yang malu-malu membuatku kesulitan menangkupkan wajahmu. Tidurku sulit kala kencan pertama kita itu usai, karena wajahmu susah rasanya terbayang dibenak, walau hasrat memimpikanmu menggunung rasanya.
Kencan pun berlanjut ke kencan ke-5, ke-7, ke-25 sampai ke-kencan terakhir kita sore itu. Kau biarkan aku melangkah sebentar ke dalam Mall sambil kau menunggu di halte saja waktu itu. “Jangan lama-lama, aku tunggu disini saja,” ujarmu. Aku mengangguk sambil berlari kecil melewati beberapa mobil yang terparkir didepan Mall. Setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, aku segera melangkah ke pintu keluar, bergegas. Tak kau sadari sayang, aku sempat melihatmu menatap jauh ke depan, termenung di tengah keramaian dan hiruk pikuk macet di seberangmu. Aku tersenyum, pura-pura mengagetkanmu dari belakang. Dalam hati aku sedih,sebentar lagi meninggalkanmu.
Pelataran sepi malam itu, jadi saksi bisu bagaimana kau menciumku dan membisiku:”cepat kembali, aku merinduimu selalu.” Tegar. Aku dan kamu sama-sama saling menggenggam, tatapanmu tak lepas dariku, seolah-olah meyakinkan hati bahwa jarak takan akan merenggut apapun dari kita, dari apa yang telah kita bangun selama ini. Mulutku terkunci, tapi hatiku teriak. Ini mungkin saat yang tepat untuk menguji sejauh apa hati kita saling bertautan. Hanya wajahmu yang tersenyum sambil melambaikan tangan itu, menjadi momen terakhir yang kurekam.
Kisah kita tak selalu mulus; suka, duka, bahkan kecewa dan tangis mewarnai hari-hari kita. Kehidupan mengajarkan kita untuk bertahan, berhenti, merenung kemudian melangkah lagi. Cinta mengajarkan kita tentang bahagia, derita sekaligus patah hati, berproses. Dan semuanya tersaji dengan apik, tanpa pernah ditebak alurnya. Terkadang kita ingin berhenti saja, melangkah ke dua kutub berbeda, kau ke timurmu dan aku ke baratku. Ternyata kita tak pernah menyerah rupanya, karena mencintaimu adalah saat terindah dalam hidupku dan aku tak akan pernah berhenti mencintaimu. Seperti itulah.
Menungguku, menunggu bertemu denganmu, mereka-reka wajahmu, menghujanimu dengan cubitanku, berada di pelukanmu, sudah seperti halusinasi saja.
Lalu, kalau aku bilang bahwa aku masih menggilai Jupiter, apakah kau masih mau menungguku?
Berharap jawabanmu seperti ini:
Sekarang atau lima puluh tahun lagi
Kumasih akan tetap mencintaimu
Tak ada bedanya rasa cintaku
Masih sama seperti pertama bertemu (50 Tahun lamanya-Warna)
1 komentar:
aminn, smoga semoga
eh ini bukan fiksi kan ya ?
:D
Post a Comment