Dear blog,
Malam ini terasa gamang di hati saya. halah! Saya sedang leyeh-leyeh di atas tempat tidur sambil mengaktifkan layanan internet dari hape lawas saya. Tiba-tiba temen mengirimkan pesan melalui grup wa. Katanya: ”Selamat kepada Ibu Susi Pudjiastuti yang diangkat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Tingggg...!!!!
Perkara siapa menterinya memang tidak jadi soal buat saya. Buat saya itu masalah ”bendera”. Integritas-profesionalisme-smart mungkin hanya bonus.
” Terus kenapa mesti gamang, ly?”: hati saya berseru.
Okey begini yah. Saya bukan penggemar atau sebaliknya dari Ibu nyentrik yang satu ini. Seingat saya, sewaktu praktek integrasi di Pangandaran pertengahan 2005, beliau terlihat ”impressive” waktu itu. Rambut bondol, badan ceking, kulit tanning, perokok dan bertato. Beruntung beliau punya suami tegap nan ganteng dan putri bule nan menawan. Waktu itu, berdasarkan cerita pegawai-pegawai perusahaan, beliau memang tak tamat SMA pun. Betul, membangun lingkaran bisnisnya, dari mulai menjadi pengepul ikan di TPI Pangandaran. Akhirnya, berhasil membangun perusahaan ASI Pudjiastuti tempat saya praktek 1,5 bulan waktu itu. Mengesankan bukan.
Menjadi Menteri KKP di Kabinet Kerja bentukan Jokowi –JK mungkin terlihat ”out of the box”. Punya menteri tak lulus SMA, apa tak bikin galau yang lagi nulis disertasi. #kabur.
Kita skip bagian ini dulu!
Yang mau saya catat dalam rangkaian perjalanan hidup saya adalah :”bersiaplah ly, siapa tau 20 tahun lagi kesempatan itu menghampiri”.
Saya yakin hampir setiap otang tahu akan jalan untuk meraih kesuksesan atas apa yang diimpikan. Akan tetapi, tantangannya adalah kadangkala kita tidak sungguh-sungguh dalam meng-eksekusi mimpi kita itu. Tak mau berjuang sampai berdarah-darah apalagi. Okey ambil contoh paling gampang, semua taruna tahu bahwa untuk mendapatkan IPK terbaik dia harus : mengerjakan tugas dari dosen dengan sungguh-sungguh, belajar dengan tekun, kuliah tidak mengantuk, bersikap sopan dan hormat pada dosennya. Nah, tantangan terbesarnya adalah: malas, ngantuk dan tidak memotivasi dirinya. Ketika taruna lain bersusah payah mengerjakan praktikum yang ribet, membuat laporan di malam hari, dia hanya menyontek praktikum temannya atau senior yang lalu, persis!. Hasilnya kita sudah pastikan seperti apa.
Saya pernah baca blog adik tingkat saya, Rifki Furqan tentang kesiapan dan kesempatan. Kesiapan diri untuk setiap kesempatan yang menghampiri. Kita tidak pernah tau kapan kesempatan akan datang. Begitulah cara saya untuk mulai mengurai mimpi-mimpi saya. Sedapat mungkin untuk berusaha menunjukkan yang terbaik, siap menerima kesempatan. Memulai untuk konsisten dengan apa yang saya kerjakan saat ini. Saya yakin, proses yang ”baik” akan menghantarkan kita pada situasi yang terbaik di masa depan, akan datang. Walau kadang tidak selalu sama dengan apa yang diharapkan memang. Sebagai Taruna yang menginginkan untuk bisa membuka lahan bisnis perikanan dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, maka sudah wajib hukumnya untuk mempersiapkan kemampuan bahasa inggris sejak awal, menambah wawasan dengan cara mengakrabkan diri dengan informasi dari network/internet.
”The world of tomorrow belongs to those who can process information, see relationship and trends, and be agile and responsive to change as the world changes” –Robert T Kiyosaki (Why “A” Students Work for “C” Students, and “B” Students work for the Goverment). Ini mungkin stereotype, bahwa anak-anak jenius ”A Students”hanya akan bekerja “aman”. Kadang kita tidak cukup menjadi hebat saja, tetapi harus terus berkembang agar mereka yang jenius juga mampu menghadapi dunia esok. Saya tunggu anak-anak hebat bangsa ini untuk mulai bergerak, setidaknya Bu Susi Pudjiastuti sudah membuktikan. Perlu kerja keras, komunikatif dan meningkatkan kapasitas diri untuk masa depan yang bermartabat.
”Gimana perasaannya setelah nulis ini, ly?” Ujar lagi dalam hati.
Bersiap! Periode ini milik Ibu Menteri nyentrik itu, tapi periode nanti milik saya! Amin.....
Sampai ketemu di anak tangga yang paling ujung yah. Hanya mereka yang sunguh-sungguh yang bisa sampai disana, either A Students or even C Students.
Fighting
October 27, 2014
March 07, 2013
Masih tentang, kamu!
Guratan wajahmu masih nyata di ujung ingatan.
Jelas, tanpa cacat.
Tatapan tajam apalagi, tak pernah lekang, sekuat apa aku menjauhkannya.
Kamu, lelaki di masa keremajaan, masihkah ada jawab bila kutanya.
Satu masa, kala semesta bertindak.
Tanpa isyarat.
Aku, akan menunggu tanpa lelah.
Meski tak berpunya, kita.
Tak mengapa!
Ini akhirnya, terakhir.
Isyarat tak cukup nyali.
Kamu, tak tergapai. Tak peduli, mungkin.
Aku, menunggu hati, penuh tak tersakiti.
Meski, tak mengapa!
Jelas, tanpa cacat.
Tatapan tajam apalagi, tak pernah lekang, sekuat apa aku menjauhkannya.
Kamu, lelaki di masa keremajaan, masihkah ada jawab bila kutanya.
Satu masa, kala semesta bertindak.
Tanpa isyarat.
Aku, akan menunggu tanpa lelah.
Meski tak berpunya, kita.
Tak mengapa!
Ini akhirnya, terakhir.
Isyarat tak cukup nyali.
Kamu, tak tergapai. Tak peduli, mungkin.
Aku, menunggu hati, penuh tak tersakiti.
Meski, tak mengapa!
Categories
fiksi,
me time...
February 22, 2013
Rectoverso, itu kamu!
Film ini dimulai dengan kisah Abang, seorang autis. Hidup sebagai anak dari pemilik ibu kost, bunda! Abang sebagai juru laundry bagi penghuni kost. Oh yah, kesenangannya selain bermain biola, Beethoven-Mozart atau sebut saja lainnya, Abang juga hobi membentuk piramida dari kotak sabun. Leia, penghuni kost yang cantik dan paling bisa mengerti Abang, sekaligus wanita yang dicintai Abang. Utuh, bukan hanya dengan HATI, tapi juga JIWA. Hans, pria muda-menarik-tertarik pada wanita yang sama. Leia, juga-sama! Cepat atau lambat, sekarang atau nanti tidak akan pernah ada dalam struktur pikiran Abang. Leia, memilih pergi. Seseorang untuk Abang baik sekarang, nanti, atau entahlah… semoga semesta mendukung!
Senja, gadis yang memiliki “kelebihan”. Memilih bergabung dengan klub “Firasat”, dengan harapan agar bisa menepis rasa takut, rasa bersalah ada “pertanda” yang muncul dalam mimpinya. Panca, lelaki yang diam-diam dicintai, poros senja. Mereka yakin dengan firasat masing-masing, meski menyakitkan-perih! Baik Panca maupun Senja, belajar menerima. Hanya itu…. semoga semesta mendukung!
Cicak, hewan lucu favorit Taja, sang seniman. Jatuh cinta pada wanita yang lebih tua, luruh pada magnet cinta milik Saras! Taja, belajar menerima. Pahit, sepahit kopi yang selalu disesapnya. Taja percaya, tiap teguk yang pahit akan memberikan pelajaran, bahwa masih ada manis yang mesti dirasakan. Mungkin bukan sekarang. Mungkin juga bukan dengan Saras… semoga semesta mendukung!
Ceria, supel, penuh tawa adalah gambaran seorang Amanda, sahabat Reggie. Persahabatan beda generasi, beda arus hidup. Mereka berbagi banyak hal, cinta misalnya. Cinta seorang Amanda, yang tersiakan oleh pria yang selalu memintanya untuk sempurna. Meski tak mungkin. Reggie menjadi pertahanan Amanda, benteng hidup yang selalu ada buatnya, tanpa pamrih. Amanda dan Reggie menjalaninya dengan ikhlas…semoga semesta mendukung!
Cinta, persahabatan, keluarga, perjalanan hidup…bukan lagi tujuan seorang Raga. Salah satu dari 5 sahabat yang hobi berpetualang, backpackers. Al, perempuan satu-satunya dalam kelompok itu menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintainya, hanya mencintai keabadian-ketenangan, Raga! Menerima bahwa cinta tak harus memiliki membuat Al cukup bahagia. Bahwa akhirnya dia bisa tau warna mata Raga, selain siluet punggungnya. Baik Al, baik Raga akan terus menemukan mercusuar-nya, masing-masing… semoga semesta mendukung!
Terimakasih semesta...
semoga saya yang masih sombong ini bisa kembali memahami bahasa alam...menemukan kebahagian yang sejati.
Menjadikan hidup, adalah anugrah...perjalanan!!
Love,
-uLLy- Love
Senja, gadis yang memiliki “kelebihan”. Memilih bergabung dengan klub “Firasat”, dengan harapan agar bisa menepis rasa takut, rasa bersalah ada “pertanda” yang muncul dalam mimpinya. Panca, lelaki yang diam-diam dicintai, poros senja. Mereka yakin dengan firasat masing-masing, meski menyakitkan-perih! Baik Panca maupun Senja, belajar menerima. Hanya itu…. semoga semesta mendukung!
Cicak, hewan lucu favorit Taja, sang seniman. Jatuh cinta pada wanita yang lebih tua, luruh pada magnet cinta milik Saras! Taja, belajar menerima. Pahit, sepahit kopi yang selalu disesapnya. Taja percaya, tiap teguk yang pahit akan memberikan pelajaran, bahwa masih ada manis yang mesti dirasakan. Mungkin bukan sekarang. Mungkin juga bukan dengan Saras… semoga semesta mendukung!
Ceria, supel, penuh tawa adalah gambaran seorang Amanda, sahabat Reggie. Persahabatan beda generasi, beda arus hidup. Mereka berbagi banyak hal, cinta misalnya. Cinta seorang Amanda, yang tersiakan oleh pria yang selalu memintanya untuk sempurna. Meski tak mungkin. Reggie menjadi pertahanan Amanda, benteng hidup yang selalu ada buatnya, tanpa pamrih. Amanda dan Reggie menjalaninya dengan ikhlas…semoga semesta mendukung!
Cinta, persahabatan, keluarga, perjalanan hidup…bukan lagi tujuan seorang Raga. Salah satu dari 5 sahabat yang hobi berpetualang, backpackers. Al, perempuan satu-satunya dalam kelompok itu menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintainya, hanya mencintai keabadian-ketenangan, Raga! Menerima bahwa cinta tak harus memiliki membuat Al cukup bahagia. Bahwa akhirnya dia bisa tau warna mata Raga, selain siluet punggungnya. Baik Al, baik Raga akan terus menemukan mercusuar-nya, masing-masing… semoga semesta mendukung!
Terimakasih semesta...
semoga saya yang masih sombong ini bisa kembali memahami bahasa alam...menemukan kebahagian yang sejati.
Menjadikan hidup, adalah anugrah...perjalanan!!
Love,
-uLLy- Love
Categories
diary,
me time...
January 12, 2013
Demi Ucok! Demi Kamu!
12 Januari 2013
Finally weekend lagi, hujan lagi, males lagi. Rangkaian ini sukses membuat saya terdampar di kamar yang sempit ini sedari melek. Bener-bener melata di atas tempat tidur seharian, ke kamar mandi Cuma numpang pip*s doang – tempat tidur lagi – dapur (bikin hot cokelat n omelet) – tempat tidur lagi. Males.
Nah, mumpung baru ajah selesai mandi, udah agak segeran plus wangi dan sudah bisa diajak mikir, saya pengen review tentang film Demi Ucok yang sedang tayang sedari 3 januari kemaren di bioskop. Sebagai salah satu perempuan batak dan kebetulan belum menikah pulak, saya sudah menanti-nantikan kapan bisa nonton film ini secara utuh. Trailer-nya bahkan sudah diunduh pun dari Youtube sedari tahun lalu.
Saya nonton dengan pacar saya, yang kebetulan juga bukan orang batak. Setelah dibujuk dengan aksi sedikit ngambek, jadilah si pacar ikut nonton. Aslinya mah ga pernah suka nonton, jadi kalau ada film bagus, saya mesti dengan sangat legowo untuk nonton sendiri.
Let’s start this review for it’s synopsis: Ceritanya tentang seorang mak Batak (Mak Gondut) yang divonis dokter hanya punya sisa hidup satu tahun lagi. Padahal dia punya anak cewek batak yang belum menikah, makanya dia berjuang untuk mencari menantu “Ucok” Batak untuk putrinya itu. Sedang si anak cewek (Glo), malah ga pengen nikah, tapi pengennya bikin film. Bisa dibayangkan bagaimana “perang” yang terjadi antara mak dan anak ini.
Kita mulai dari alur cerita-nya yah: secara keseluruhan ini film yang simple, jujur dan dibikin se-natural mungkin. Mulai dari bahasa batak dan logat-nya yang ga dibuat-buat. Ga kayak biasanya, tiap ada film yang perannya sebagai orang batak, pasti deh logat-nya akan “sangat lebay”. Yah, kalau semisal mamak saya ikut nonton, dia pasti ngakak lebih kenceng deh, karena emang ekspresi yang ditampilkan emang “batak banget”. Keseluruhan cerita diisi dengan percakapan yang kocak namun ngena banget, sampai yang bikin rasanya saya “mrebes mili”-pengen nangis di-bagian akhir cerita.
Ada beberapa statement yang paling saya suka di film ini, diantaranya: “Cuma ada tiga tujuan hidup cewek Batak: kawin sama Batak, bikin anak Batak dan nyari menantu Batak.”
“Semua di dunia ini ada yang punya Glo, Kau ajah ga ada yang punya!” # jleeeebbbb
Aseli, itu ngakakkk bangettttt…
Kekurangan dalam film ini tetep ada, diantaranya :akting Glo yang memang masih perdana main film, memang masih terkesan kaku. Lebih nyaman liat akting Mak Gondut. Dia punya “power” ditiap scene yang ada. Kemudian, film ini sangat “indie” banget, proses editing yang “serba terbatas namun tidak dipaksakan.” Well-done. Oh yah, ada juga penampilan dari Aisyah dan Cina loh… mereka yang main di film Cin(T)a kemaren. Kangen juga melihat mereka berdua, Cuma kehadiran Nikki yang berperan sebagai cewek lesbi dan Acun yang menang “Idol2-an”kesannya hanya sebagai “penggembira” saja. Saya ga terlalu melihat kehadiran mereka punya keterikatan khusus dengan konflik antara Glo dan Mak Gondut.
Selama nonton, saya seperti melihat Glo dalam diri saya. Nasib-nya yang sudah diwanti-wanti untuk nikah sama cowok Batak. Mimpi Glo juga mirip sama saya, meski mimpi ingin mewujudkan cita-cita saya jadi: “ Doktor-cantik” hahhahaaa. Cuma yah itu, saya malah kepengen banget nikah tahun ini, tapi sama pacar saya yang bukan Batak ini. Gimana dunk ..*curcolllll
Oh yah, tadi saya bilang saya suka adegan akhir di film ini yang bikin saya aseli pengen nangis. Ada lagu yang sering dinyanyikan di gereja yang ada di Buku Ende HKBP Judulnya “Dung sonang rohangku”. Liriknya sangat menguatkan. Ahh… ini bagian yang saya tunggu-tunggu. Jawaban dari akhir cerita versi saya : Tuhan adalah kekuatan saya. Meski apapun yang bakal terjadi dihadapan, entah itu saya bakal menikah dengan cowok bukan Batak atau sebaliknya. Saya ga pernah tahu, saya serahkan sepenuhnya sama Tuhan. Asa sonang rohangku.
Well, film-nya masih ada sepertinya di bioskop. Bisa dijadikan sebagai alternatif mengahabiskan malam minggu yang basah ini dengan menonton dengan keluarga. Hmmm.. seketika saya kangen lagi sama mak di kampung, kemaren kurang erat dan lama meluk beliau.
Have a nice weekend.
Love all,
-uLLy-
Finally weekend lagi, hujan lagi, males lagi. Rangkaian ini sukses membuat saya terdampar di kamar yang sempit ini sedari melek. Bener-bener melata di atas tempat tidur seharian, ke kamar mandi Cuma numpang pip*s doang – tempat tidur lagi – dapur (bikin hot cokelat n omelet) – tempat tidur lagi. Males.
Nah, mumpung baru ajah selesai mandi, udah agak segeran plus wangi dan sudah bisa diajak mikir, saya pengen review tentang film Demi Ucok yang sedang tayang sedari 3 januari kemaren di bioskop. Sebagai salah satu perempuan batak dan kebetulan belum menikah pulak, saya sudah menanti-nantikan kapan bisa nonton film ini secara utuh. Trailer-nya bahkan sudah diunduh pun dari Youtube sedari tahun lalu.
Saya nonton dengan pacar saya, yang kebetulan juga bukan orang batak. Setelah dibujuk dengan aksi sedikit ngambek, jadilah si pacar ikut nonton. Aslinya mah ga pernah suka nonton, jadi kalau ada film bagus, saya mesti dengan sangat legowo untuk nonton sendiri.
Let’s start this review for it’s synopsis: Ceritanya tentang seorang mak Batak (Mak Gondut) yang divonis dokter hanya punya sisa hidup satu tahun lagi. Padahal dia punya anak cewek batak yang belum menikah, makanya dia berjuang untuk mencari menantu “Ucok” Batak untuk putrinya itu. Sedang si anak cewek (Glo), malah ga pengen nikah, tapi pengennya bikin film. Bisa dibayangkan bagaimana “perang” yang terjadi antara mak dan anak ini.
Kita mulai dari alur cerita-nya yah: secara keseluruhan ini film yang simple, jujur dan dibikin se-natural mungkin. Mulai dari bahasa batak dan logat-nya yang ga dibuat-buat. Ga kayak biasanya, tiap ada film yang perannya sebagai orang batak, pasti deh logat-nya akan “sangat lebay”. Yah, kalau semisal mamak saya ikut nonton, dia pasti ngakak lebih kenceng deh, karena emang ekspresi yang ditampilkan emang “batak banget”. Keseluruhan cerita diisi dengan percakapan yang kocak namun ngena banget, sampai yang bikin rasanya saya “mrebes mili”-pengen nangis di-bagian akhir cerita.
Ada beberapa statement yang paling saya suka di film ini, diantaranya: “Cuma ada tiga tujuan hidup cewek Batak: kawin sama Batak, bikin anak Batak dan nyari menantu Batak.”
“Semua di dunia ini ada yang punya Glo, Kau ajah ga ada yang punya!” # jleeeebbbb
Aseli, itu ngakakkk bangettttt…
Kekurangan dalam film ini tetep ada, diantaranya :akting Glo yang memang masih perdana main film, memang masih terkesan kaku. Lebih nyaman liat akting Mak Gondut. Dia punya “power” ditiap scene yang ada. Kemudian, film ini sangat “indie” banget, proses editing yang “serba terbatas namun tidak dipaksakan.” Well-done. Oh yah, ada juga penampilan dari Aisyah dan Cina loh… mereka yang main di film Cin(T)a kemaren. Kangen juga melihat mereka berdua, Cuma kehadiran Nikki yang berperan sebagai cewek lesbi dan Acun yang menang “Idol2-an”kesannya hanya sebagai “penggembira” saja. Saya ga terlalu melihat kehadiran mereka punya keterikatan khusus dengan konflik antara Glo dan Mak Gondut.
Selama nonton, saya seperti melihat Glo dalam diri saya. Nasib-nya yang sudah diwanti-wanti untuk nikah sama cowok Batak. Mimpi Glo juga mirip sama saya, meski mimpi ingin mewujudkan cita-cita saya jadi: “ Doktor-cantik” hahhahaaa. Cuma yah itu, saya malah kepengen banget nikah tahun ini, tapi sama pacar saya yang bukan Batak ini. Gimana dunk ..*curcolllll
Oh yah, tadi saya bilang saya suka adegan akhir di film ini yang bikin saya aseli pengen nangis. Ada lagu yang sering dinyanyikan di gereja yang ada di Buku Ende HKBP Judulnya “Dung sonang rohangku”. Liriknya sangat menguatkan. Ahh… ini bagian yang saya tunggu-tunggu. Jawaban dari akhir cerita versi saya : Tuhan adalah kekuatan saya. Meski apapun yang bakal terjadi dihadapan, entah itu saya bakal menikah dengan cowok bukan Batak atau sebaliknya. Saya ga pernah tahu, saya serahkan sepenuhnya sama Tuhan. Asa sonang rohangku.
Well, film-nya masih ada sepertinya di bioskop. Bisa dijadikan sebagai alternatif mengahabiskan malam minggu yang basah ini dengan menonton dengan keluarga. Hmmm.. seketika saya kangen lagi sama mak di kampung, kemaren kurang erat dan lama meluk beliau.
Have a nice weekend.
Love all,
-uLLy-
January 08, 2013
annually-home
22 Feb 2012
06.00 AM
woke up a bit early, need for packing soon… Mikirin betapa banyaknya barang yang mesti dirapikan. Gosh… ini sungguh terlalu…
setelah melihat, menimbang, memikirkan hingga diputuskan untuk menggunakan koper terbesar yang saya punya, yg terakhir kali dipergunakan tahun lalu saat pulang dari Korea… kereeeennn..
After packing, beberes rumah dan printilan yang mesti di perhatikan dengan seksama, semisal mesti mengenyangkan ikan-ikan kesayangan saya, membayangkan mereka butuh asupan makanan yang cukup untuk puasa selama empat hari kedepan.. semoga ga sampe setahun yah ikan2 ku…
09.30 am
bersiap ngelayap ke Penvil… bagosss banget kelakuan gw yah… masih ajah penasaran kali-kali ajah nemu barang diskkon yang bisa di bawa pulang…. *devil-laugh… hahhahaa
dan ternyata, sungguh menemukan hasrat hati setelah berputar-putar selama hampir 5 jam dan sukses menguras isi ATM, langsung insaf dengan berinisiatif pulang segera.
14.00 pm
ternyata si mas udah nungguin di rumah, yesss….perbuatan sungguh terpuji sore ini.. hahhaa.
Isi kepala dengan intuisi sedari malam sudah berkecamuk tentang jam keberangkatan. Saya kekeeeuuhh ingatnya berangkat jam 20.00pm… dan ternyata sosodara, intuisi kadang jangan pernah diabaikan, karena di detik terakhir ninggalin rumah saya ngecek jadwal penerbangan 19.30pm… Gossshh.. ini sudah 16.05 pm dan saya masih dirundung hujan yang sepertinya enggan untuk berakhir.
Dengan segenap kekuatan dan ketakutan yang datang bersamaan, serta menanggung beban koper yang sungguh amat membuat teraniaya, tidak hanya penupang tetapi juga supir yang mengendarai sepeda motor yang besarnya tak seberapa itu.
Kita ngebut ke terminal DAMRI, dan yang ditakutkan ternyata kenyataan…. si DAMRI idaman hati ternyata sudah berangkat 15 menit-an yang lalu sedang yang selanjutnya masihhhhh di jalan yang ga tau posisi terakhir dimana.. GPS manaaaa.. manaaaa…
16.30 pm
si mas ngebut ngejar si DAMRI dengan harapan bisa nyegat dimana gitu. Kita sungguh tak mampu, hanya bisa melihat punggung bus yang merangkak memasuki tol dalam kota…nyarissss….
Taksi… itu pilihan terakhirrr… dan hampir putus asa-lah saya, ketika hampir semua taksi yang berada di sekitaran pancoran-reserved.. apaaaahhhhhhh??? @#@$@%...
Ditengah keputus asaan yang masih ter-toleransi itu, saya melihat ada taksi yang ga jelas namanya tapi ada stiker “Bandara”. Siap2 dicegat, tapi didahului sama dua wanita muda yang ternyata ada di sebelah kanan saya. Saat itu, saya hanya berbisik “semoga mereka ga jadi naik”… dan ternyata yessss… pas supir ternyata memang mau balik ke bandara….. dan saya masukkk..
Berada di dalam taksi, sungguh nyaris membuat saya komat-kamit baca doa yang entah sungguhan atau karena paniK. Terpujilah Tuhan yang merancangkan yang baik untuk hambanya yang hina-dina ini, karena pak supir sungguh sangat tulus dalam mengendara..halahhhh! Tapi sungguh sore lagi-lagi saya ditunjukkan pelajaran hidup: ceritanya si bapak supir ini baru saja mengantarkan tamu-nya dari bandara menuju hotel Kaisar. Situasi perjalanan dari Bandara-Kaisar benar-benar sekarat banget dari hujan-banjir-sampe macet. Sesampai di Kaisar, sungguh malang tak dapat ditolak, pak supir malah di”kebiri” ongkos taksinya oleh si tamu. Tamu keukeuh untuk hanya bayar Rp. 120.000,- dari Rp. 150.000,- dari charge taksi. Gileee yah, baru tau ada mahluk yang setega itu. Kalau memang ga mampu bayar taksi, yah monggo jangan naik taksi, kayak saya ajah langsung tau diri nyari DAMRI, selesai!. Namun, rejeki ga akan pernah tertukar-sungguh. Dalam kondisi seperti itu, pak supir malah langsung “nemu” saya yang clingak-clinguk panik nyari taksi. Thanks God, sudah mengajarkan saya sedikit demi sedikit tentang hidup dan kehidupan.
18.00 PM
Akhirnya nyampe di bandara dan menemukan “cukup” banyak penumpang pesawat yang mesti kecewa-marah-bahkan ngamuk karena tiket sudah hangus. Nasib pakai armada kelas ekonomi yah begini ini, tak bisa “claim”, mateeekkkkkk..
21.00 pm
Lagi-lagi pencobaan datang. Gimana engga, delay-nya ampe 2 jam boo’…
23.30 PM
Finally landed at MES…. seneng banget ada di pulau kelahiran lagi. Bagoooossss, perjalanan masih ada 3 jam lagi ke “home sweet home.” Pekerjaan selanjutnya adalah menjadi “navigator” selama perjalanan medan-siantar, ga tega kalo bokap nyetir sendirian dan bengong… hehhehee
03.30 PM
Mendarat di tempat tidur dengan nyenyak. Liburan ini sungguh perlu dinikmati dengan semena-mena. hahhahahaaa….
Have a wonderful year....
PS: Next post is about "2013-wanna be"
Love,
-uLLy-
06.00 AM
woke up a bit early, need for packing soon… Mikirin betapa banyaknya barang yang mesti dirapikan. Gosh… ini sungguh terlalu…
setelah melihat, menimbang, memikirkan hingga diputuskan untuk menggunakan koper terbesar yang saya punya, yg terakhir kali dipergunakan tahun lalu saat pulang dari Korea… kereeeennn..
After packing, beberes rumah dan printilan yang mesti di perhatikan dengan seksama, semisal mesti mengenyangkan ikan-ikan kesayangan saya, membayangkan mereka butuh asupan makanan yang cukup untuk puasa selama empat hari kedepan.. semoga ga sampe setahun yah ikan2 ku…
09.30 am
bersiap ngelayap ke Penvil… bagosss banget kelakuan gw yah… masih ajah penasaran kali-kali ajah nemu barang diskkon yang bisa di bawa pulang…. *devil-laugh… hahhahaa
dan ternyata, sungguh menemukan hasrat hati setelah berputar-putar selama hampir 5 jam dan sukses menguras isi ATM, langsung insaf dengan berinisiatif pulang segera.
14.00 pm
ternyata si mas udah nungguin di rumah, yesss….perbuatan sungguh terpuji sore ini.. hahhaa.
Isi kepala dengan intuisi sedari malam sudah berkecamuk tentang jam keberangkatan. Saya kekeeeuuhh ingatnya berangkat jam 20.00pm… dan ternyata sosodara, intuisi kadang jangan pernah diabaikan, karena di detik terakhir ninggalin rumah saya ngecek jadwal penerbangan 19.30pm… Gossshh.. ini sudah 16.05 pm dan saya masih dirundung hujan yang sepertinya enggan untuk berakhir.
Dengan segenap kekuatan dan ketakutan yang datang bersamaan, serta menanggung beban koper yang sungguh amat membuat teraniaya, tidak hanya penupang tetapi juga supir yang mengendarai sepeda motor yang besarnya tak seberapa itu.
Kita ngebut ke terminal DAMRI, dan yang ditakutkan ternyata kenyataan…. si DAMRI idaman hati ternyata sudah berangkat 15 menit-an yang lalu sedang yang selanjutnya masihhhhh di jalan yang ga tau posisi terakhir dimana.. GPS manaaaa.. manaaaa…
16.30 pm
si mas ngebut ngejar si DAMRI dengan harapan bisa nyegat dimana gitu. Kita sungguh tak mampu, hanya bisa melihat punggung bus yang merangkak memasuki tol dalam kota…nyarissss….
Taksi… itu pilihan terakhirrr… dan hampir putus asa-lah saya, ketika hampir semua taksi yang berada di sekitaran pancoran-reserved.. apaaaahhhhhhh??? @#@$@%...
Ditengah keputus asaan yang masih ter-toleransi itu, saya melihat ada taksi yang ga jelas namanya tapi ada stiker “Bandara”. Siap2 dicegat, tapi didahului sama dua wanita muda yang ternyata ada di sebelah kanan saya. Saat itu, saya hanya berbisik “semoga mereka ga jadi naik”… dan ternyata yessss… pas supir ternyata memang mau balik ke bandara….. dan saya masukkk..
Berada di dalam taksi, sungguh nyaris membuat saya komat-kamit baca doa yang entah sungguhan atau karena paniK. Terpujilah Tuhan yang merancangkan yang baik untuk hambanya yang hina-dina ini, karena pak supir sungguh sangat tulus dalam mengendara..halahhhh! Tapi sungguh sore lagi-lagi saya ditunjukkan pelajaran hidup: ceritanya si bapak supir ini baru saja mengantarkan tamu-nya dari bandara menuju hotel Kaisar. Situasi perjalanan dari Bandara-Kaisar benar-benar sekarat banget dari hujan-banjir-sampe macet. Sesampai di Kaisar, sungguh malang tak dapat ditolak, pak supir malah di”kebiri” ongkos taksinya oleh si tamu. Tamu keukeuh untuk hanya bayar Rp. 120.000,- dari Rp. 150.000,- dari charge taksi. Gileee yah, baru tau ada mahluk yang setega itu. Kalau memang ga mampu bayar taksi, yah monggo jangan naik taksi, kayak saya ajah langsung tau diri nyari DAMRI, selesai!. Namun, rejeki ga akan pernah tertukar-sungguh. Dalam kondisi seperti itu, pak supir malah langsung “nemu” saya yang clingak-clinguk panik nyari taksi. Thanks God, sudah mengajarkan saya sedikit demi sedikit tentang hidup dan kehidupan.
18.00 PM
Akhirnya nyampe di bandara dan menemukan “cukup” banyak penumpang pesawat yang mesti kecewa-marah-bahkan ngamuk karena tiket sudah hangus. Nasib pakai armada kelas ekonomi yah begini ini, tak bisa “claim”, mateeekkkkkk..
21.00 pm
Lagi-lagi pencobaan datang. Gimana engga, delay-nya ampe 2 jam boo’…
23.30 PM
Finally landed at MES…. seneng banget ada di pulau kelahiran lagi. Bagoooossss, perjalanan masih ada 3 jam lagi ke “home sweet home.” Pekerjaan selanjutnya adalah menjadi “navigator” selama perjalanan medan-siantar, ga tega kalo bokap nyetir sendirian dan bengong… hehhehee
03.30 PM
Mendarat di tempat tidur dengan nyenyak. Liburan ini sungguh perlu dinikmati dengan semena-mena. hahhahahaaa….
Have a wonderful year....
PS: Next post is about "2013-wanna be"
Love,
-uLLy-
Categories
diary
December 07, 2012
Selfnote-part I
Padang, 07 Desember 2012.
I expect a lot of people
Pagi ini saya sedang berlari mengejar penerbangan paling awal ke Padang. Pagi yang membuat saya mengantuk sangat terlalu. Betapa tidak, minggu-minggu terakhir ini saya dijejali dengan deadline-jadwal ngajar-praktek-sampai proyek akhir tahun yang semuanya minta diladeni tepat waktu. Belum lagi weekend kemaren harus dilewatkan di kota sejuta empek-empek Palembang, hanya sekedar untuk menghadiri hari bahagia abang sepupu saya. Moment kumpul keluarga yang mungkin sudah hampir punah, sejak ritual “pulang kampung” tidak lagi menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Taadddaaa…. what a life!
Weekend ini mesti dihabiskan di Kota yang terkenal akan Jam Gadang-nya. Well, memang ini bukan travelling for pleasure seperti orang kebanyakan yang punya sisa untuk dipakai liburan dari satu tempat ke tempat lain. Bagi saya ini jauh dari pleasure, ini experience, jangan tanya kenapa? saya jawab “priceless…” Begitu juga dengan hidup yang saya jalani. Semua on the track-nya Tuhan, BUKAN saya. Sungguh ini berkat yang tidak ada henti-hentinya. Saya ketemu dengan banyak orang, mengenal lebih banyak karakter-bentukan pribadi yang beragam-macam, menata kehidupan emotional dan spiritual saya dan mencoba melakukan apa yang saya bisa, semampunya; sekuatnya; se-ikhlasnya.
Hari ini saya kembali diingatkan bahwa segala sesuatu terjadi bukan karena kebetulan tapi karena ada alasan kenapa itu bisa/harus terjadi. Saya menikmatinya. Teman saya pernah bilang: “Apa ga capek mesti complaining tentang banyak hal??”. Saya sambil nyengir suka ngasal: “Mesti ada bedanya orang yang sudah baca buku banyak, pergi ke banyak tempat, ketemu banyak orang, dan sudah makin berumur seperti ini, masih juga ga bisa menyatakan mana yang benar-mana yang salah, atau mana yang nyari masalah, itu namanya kebangetan!!” Saya pernah baca salah satu tulisan Bung Dahlan Iskan yang menurutnya manusia itu sebenarnya sudah dibakali dengan “otak” yang mestinya bisa membantunya untuk mengembangkan kualitas diri, bukan malah menyimpan potensi otak. Try many things, You’ll find the answers.
Tahun ini saya sedang mengerjakan proyek bersama seorang konsultan. Garis bawahi yah, saa pendamping saja. Mesti nemenin kemana ajah beliau pergi, meladeni komplen beliau tentang banyak hal, memutar otak untuk bisa mulai merasakan satu persatu dunia baru ini. Konsultan-seorang profesional,perfeksionis dan berselera. Gila yah, seorang abdi negara mesti mengikuti ritme yang begitu amat menuntut, mendikte bahkan sesekali mencela bila saya melakukan aksi-aksi tolol bin konyol. Saya menikmati (lagi).
Satu hal yang bisa saya ambil dari perjalanan setahun yang penuh pengalaman ini adalah : belajar dari orang. Manusia adalah objek paling tepat sebagai tempat belajar. Saya mengerti banyak, meski perlahan. Hari ini, mungkin last destination kami untuk tahun ini. Saya ga tau tahun depan pengalaman apa lagi yang Tuhan sudah rencanakan buat saya. Mudah-mudahan "rencana menikah" ini bisa di acc yah Tuhan. Saya menunggu last call dari Tuhan, sama seperti crew yang mulai memanggil2 nomor penerbangan kami menuju Padang pagi ini.
To be continued,.. Love, -uLLy-
I expect a lot of people
Pagi ini saya sedang berlari mengejar penerbangan paling awal ke Padang. Pagi yang membuat saya mengantuk sangat terlalu. Betapa tidak, minggu-minggu terakhir ini saya dijejali dengan deadline-jadwal ngajar-praktek-sampai proyek akhir tahun yang semuanya minta diladeni tepat waktu. Belum lagi weekend kemaren harus dilewatkan di kota sejuta empek-empek Palembang, hanya sekedar untuk menghadiri hari bahagia abang sepupu saya. Moment kumpul keluarga yang mungkin sudah hampir punah, sejak ritual “pulang kampung” tidak lagi menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Taadddaaa…. what a life!
Weekend ini mesti dihabiskan di Kota yang terkenal akan Jam Gadang-nya. Well, memang ini bukan travelling for pleasure seperti orang kebanyakan yang punya sisa untuk dipakai liburan dari satu tempat ke tempat lain. Bagi saya ini jauh dari pleasure, ini experience, jangan tanya kenapa? saya jawab “priceless…” Begitu juga dengan hidup yang saya jalani. Semua on the track-nya Tuhan, BUKAN saya. Sungguh ini berkat yang tidak ada henti-hentinya. Saya ketemu dengan banyak orang, mengenal lebih banyak karakter-bentukan pribadi yang beragam-macam, menata kehidupan emotional dan spiritual saya dan mencoba melakukan apa yang saya bisa, semampunya; sekuatnya; se-ikhlasnya.
Hari ini saya kembali diingatkan bahwa segala sesuatu terjadi bukan karena kebetulan tapi karena ada alasan kenapa itu bisa/harus terjadi. Saya menikmatinya. Teman saya pernah bilang: “Apa ga capek mesti complaining tentang banyak hal??”. Saya sambil nyengir suka ngasal: “Mesti ada bedanya orang yang sudah baca buku banyak, pergi ke banyak tempat, ketemu banyak orang, dan sudah makin berumur seperti ini, masih juga ga bisa menyatakan mana yang benar-mana yang salah, atau mana yang nyari masalah, itu namanya kebangetan!!” Saya pernah baca salah satu tulisan Bung Dahlan Iskan yang menurutnya manusia itu sebenarnya sudah dibakali dengan “otak” yang mestinya bisa membantunya untuk mengembangkan kualitas diri, bukan malah menyimpan potensi otak. Try many things, You’ll find the answers.
Tahun ini saya sedang mengerjakan proyek bersama seorang konsultan. Garis bawahi yah, saa pendamping saja. Mesti nemenin kemana ajah beliau pergi, meladeni komplen beliau tentang banyak hal, memutar otak untuk bisa mulai merasakan satu persatu dunia baru ini. Konsultan-seorang profesional,perfeksionis dan berselera. Gila yah, seorang abdi negara mesti mengikuti ritme yang begitu amat menuntut, mendikte bahkan sesekali mencela bila saya melakukan aksi-aksi tolol bin konyol. Saya menikmati (lagi).
Satu hal yang bisa saya ambil dari perjalanan setahun yang penuh pengalaman ini adalah : belajar dari orang. Manusia adalah objek paling tepat sebagai tempat belajar. Saya mengerti banyak, meski perlahan. Hari ini, mungkin last destination kami untuk tahun ini. Saya ga tau tahun depan pengalaman apa lagi yang Tuhan sudah rencanakan buat saya. Mudah-mudahan "rencana menikah" ini bisa di acc yah Tuhan. Saya menunggu last call dari Tuhan, sama seperti crew yang mulai memanggil2 nomor penerbangan kami menuju Padang pagi ini.
To be continued,.. Love, -uLLy-
Categories
life isn't a suck,
me time...
Subscribe to:
Posts (Atom)